|| 41. Tragedi

367 26 12
                                    

Happy Reading!

•••

"Arga meninggal dunia."

Reon yang tengah fokus pada laptopnya langsung menghentikan kegiatannya, matanya yang tadi menatap laptop langsung beralih atensi pada Keno yang baru saja masuk ruangannya.

"Jangan bercanda!" desis Reon sengit.

"Kau tak memeriksa ponsel, Bang?! Dua hari yang lalu dia kecelakaan sehingga tak bisa hadir dalam rapat." jelas Keno kesal.

Lihatlah, bahkan kakaknya tak memeriksa ponsel sama sekali.

"Pesan?"

"Aku mengirimkan kau pesan, bahwa dia kecelakaan. Namun kau bahkan tak membukanya," ucap Keno dengan nada kesal.

"Kenapa kau tak menelpon saja? Sudah kubilang aku tak punya waktu membaca pesan darimu." ucap Reon kesal.

"Hanya membuka pesan saja sesulit itu," ucap Keno, dengan nada mengejeknya.

"Keno! Kenapa kau tak menghubungi aku saja langsung?!" sentak Reon kesal.

Keno hanya bergeming, lalu duduk di sofa ruang kerja Reon yang diperuntukkan untuk tamu.

"Sudahlah, Bang. Pemakamannya akan dilakukan nanti sore, kita datang. Bagaimanapun juga Arga itu benar-benar baik dan jujur dalam berbisnis." jelas Keno.

Reon mengangguk setuju.

"Kecelakaannya sangat parah sehingga membuatnya meninggal, seperti ... " ucapan Reon menggantung, lalu menatap foto wanita yang dicintainya yang terpajang besar didinding dengan bingkai indah.

Keno yang sedari tadi memperhatikan hanya bergeming saja. "Bang, aku pergi. Ada urusan," ucap Keno. Sebelum benar-benar pergi dia berbalik lagi menatap Reon yang hanya bergeming dengan tatapan kosong.

"Salahmu sendiri yang telah mengkhianati nya, bang."

•••

"Bagaimana dengan keadaan bang Arga? Bagaimana mungkin dia bisa meninggal, Kak? Bukankah lukanya sudah mulai pulih?" tanya Keno beruntut.

Matanya menatap mayat yang tengah terbaring kaku dengan kain putih yang menutupi seluruh tubuhnya.

"Aku gak tau apa-apa."

Salsa hanya diam terduduk sembari menangis, dengan memeluk kedua lututnya. Tubuhnya bergetar dengan dengungan yang begitu nyaring rasanya terdengar di kedua telinganya.

Arga adalah orang baik. Pria yang membantunya dengan setulus hati saat dirinya terpuruk, bahkan menjual perusahaannya untuk membantu membayar pengobatan Salsa dahulu.

Pria baik yang selalu memberinya kata motivasi dengan semangat yang tak henti-hentinya, saat dirinya terpukul seorang diri.

Pria baik dengan kedewasaan, juga tekadnya.

Pria itu ... Sungguh, dia benar-benar pria yang baik.

Arga, bagi Salsa adalah seorang Kakak baginya. Seorang yang begitu berarti dalam kehidupannya.

Bayangan masalalu datang memenuhi pikiran Salsa. Seolah melintas dengan tujuan harus mengingatnya sekarang.

Lima tahun lalu.

Mobil yang dikendarainya melaju dengan cepat, sampai akhirnya di simpang empat jalan, juga lampu merah. Rem mobilnya tak bisa digunakan, mobilnya masih melaju dengan cepat sebuah mobil truk lewat didepannya.

Salsa benar-benar tak bisa lagi mengontrol mobil ini. Mobilnya juga melaju dengan cepat, tak sempat berbelok bahkan. 

Suara tabrakan terdengar begitu nyaring ditelinga, mobil yang Salsa kendarai menabrak truk pengangkut batu tersebut. Ledakan kuat, juga api menyala dengan cepat dan besar.

Suara teriakan orang-orang juga terdengar bersahutan. Kedua mobil yang saling menabrak tersebut kembali membuat ledakan kuat.

Namun, nasib baik membantu Salsa. Tubuhnya terpental saat bersamaan dirinya yang membuka pintu mobil yang tengah melaju cepat menuju jurang.

Ledakan itu juga membantu membuatnya terpental cukup jauh, dengan keadaannya yang memang ikut melompat keluar. Tubuhnya mengguling, sampai akhirnya kepalanya membentur batu besar.

Samar-samar Salsa mendengar panggilan seseorang, juga gerakan dari orang yang mendekatinya. Setelahnya, Salsa tak mengingat apa-apa lagi.

"Mas Arga gak meninggal. Enggak!"

•••

Reon menatap keluar gedung berlapis kaca tebal yang memperlihatkan pemandangan jalanan padat yang berlalu lalang.

Tatapannya kosong, dengan wajah dinginnya.

Entah kenapa, dirinya benar-benar khawatir sekarang ini. Entah apa yang membuatnya khawatir, namun dirinya benar-benar begitu gelisah.

Dering telepon pada ponselnya, membuat Reon mengalihkan atensinya.

Pria itu mengangkat teleponnya. "Halo!"

"Mama kecelakaan?"

Sekujur tubuh Reon kaku mendengar penjelasan orang diseberang sana. Apa ini yang membuat dirinya begitu gelisah dan khawatir tanpa alasan yang jelas? Sepertinya memang benar.

"Saya segera ke sana."

Reon berlari keluar dari ruangannya, Mamanya tengah dalam bahaya. Tak punya banyak waktu jika menggunakan mobil, karena jalanan yang padat juga begitu macet pada pagi hari ini.

Reon mengendarai motor yang memang ada diperusahaan nya. Motor yang tak pernah lagi Reon gunakan selama lima tahun ini.

Reon mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi, namun naas. Seorang anak kecil yang berlari mengejar bola menuju jalan raya, bertepatan dengan motor Reon yang melaju kencang ke arahnya.

Suara tabrakan terdengar nyaring, dengan bersamaan tubuh anak kecil yang terpental jauh dengan kondisi mengenaskan.

Tangisan, teriakan, dan juga darah. Benar-benar nyata sekarang.

•••

Gimana sama part ini?

4jan2022

Reon & Salsa [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang