|| 35. Sekarang

391 24 7
                                    

Happy Reading!

•••

"Salsa!" Wanita itu menoleh pada seorang pria dengan baju kantor lengkapnya.

"Mereka buat masalah lagi?"

Salsa, wanita itu tertawa kecil. "Biasa, Mas."

"Mereka itu selalu saja buat masalah, gak tau kapan berhentinya." Pria berusia tiga puluh tahunan itu menggelengkan kepalanya.

"Namanya juga anak-anak, Mas. Nanti juga kalau udah gede gak akan lagi mereka kayak gitu." jelas Salsa.

"Iya tau, Sa. Tapi tetap aja kelakuan mereka itu benar-benar membuat pusing. Kamu tau tidak?! Kemarin mereka main sama laptop kerja saya, sampai-sampai semua data penting perusahaan hilang." jelas pria itu kesal.

Salsa tertawa kecil.

Arga Wiranto, namanya. Pria yang selama ini menemani Salsa dalam masa-masa terpuruknya. Pria yang berstatus duda anak satu, yang bertetangga dengannya. Pria yang banyak berjasa bagi Salsa, juga orang berarti baginya.

"Tapi, tumben Mas pulangnya cepat. Ada apa?" tanya Salsa penasaran. Karena biasanya Arga pulang selalu lembur, paling-paling cepat pulangnya jam tujuh malam. Itupun jarang. Karena pada dasarnya, Arga adalah orang yang gila kerja.

Sekarang? Pria itu pulang jam empat sore, yang menurut Salsa terlalu cepat untuk seorang Arga.

"Hari ini tujuh tahun meninggalnya Arum. Saya mau ke pemakaman nya dengan Silla, tak mungkin saya pulang malam dengan mengajak Silla ke makam almarhum ibunya." Penjelasan Arga membuat Salsa tersenyum tipis.

Salsa tak ingin membahas lebih jauh, karena tau bahwa bahasan ini akan membuat Arga menjadi sedih.

"Sebentar Mas, aku panggil Silla dulu."

"Baiklah."

•••

Kediaman lainnnya.

Reon membanting ponselnya membuat beberapa pelayan yang sedang melakukan kegiatannya tersentak, lalu secara perlahan mundur dari hadapan tuannya.

Seolah adalah hal biasa bagi mereka melihat kemarahan yang tak bersumber dari tuan mereka. Mereka memilih untuk segera pergi daripada nanti jadi korban kemarahan Reon.

"Tidak berguna!" teriak Reon.

Bahkan tak sampai disana, Reon bahkan membanting gelas kaca yang berada di dekatnya. Jamuan makan yang mewah tadi langsung hancur, kerja keras para pelayan tadi terbuang sia-sia.

"Dasar tak berguna, sudah digaji malah membuat masalah."

Pria dengan kemeja kusut itu langsung berdiri dan meninggalkan ruang makanan, membuat beberapa pelayan yang melihatnya langsung mengelus dada mencoba bersabar.

Semenjak kepergian Salsa, kedua orang tua Reon terutama Tania, dia memberi banyak pelayanan rumah tangga untuknya. Apalagi mengingat Reon yang tak bisa mengendalikan emosi, semenjak kepergian istrinya.

Sehari itu seolah adalah hal aneh jika Reon tak memecahkan barang, atau membuat keributan yang banyak dirumah. Sehingga membuat Tania, mama Reon, menyewa banyak asisten rumah tangga. Untuk membersihkan semua kekacauan yang di buat oleh anak sulungnya.

Satu orang asisten rasanya tak cukup. Apalagi keluhan-keluhan banyak dari mereka yang mengeluhkan sikap Reon yang begitu tempramen. Maka tak tanggung-tanggung Tania langsung menyewa sembilan asisten rumah tangga lagi.

"Sayang sekali masakan-masakannya, padahal baru dimasak dan enak-enak." Keluh seorang wanita paruh baya, yang berstatus sebagai asisten rumah tangga disini.

Bagaimana tidak? Melihat makanan-makanan yang begitu lezat dan bergizi yang hanya terbuang sia-sia ke lantai, membuatnya meneguk ludahnya berkali-kali. Baginya makanan begini seminggu bekerja baru bisa mendapatkannya.

"Sudahlah, Mbak. Jangan banyak mengeluh seolah tak tau sikap tuan Reon." ucap seorang wanita yang kelihatan lebih muda darinya, sedang membersihkan kekacauan yang terjadi.

"Benar. Tapi bagaimana tidak mengeluh, banyak orang-orang diluar sana yang begitu ingin makan. Namun tuan itu seolah tak memiliki rasa syukur saja." gerutunya sebal. Tapi tak urung, ia membantu asisten lainnya membersihkan kekacauan yang terjadi.

"Orang kaya."

"Dasar, mentang-mentang berduit jadi seenaknya saja." gerutu wanita lainnya.

"Sudah-sudah berhentilah menggerutu, kita bersihkan saja ini!" tegur salah-satu dari mereka.

"Rasanya aku ingin menangis melihat makanan seenak ini terbuang sia-sia." Seolah tak peduli dengan teguran temannya, wanita itu terus menggerutu.

"Benar."

"Ini semua gara-gara tuan itu sendiri, kabarnya dia yang selingkuh dari istrinya. Tapi setelah istrinya telah tiada dia juga yang gila. Pria itu benar-benar merepotkan." Wanita itu melanjutkan ucapannya lagi dengan ucapan-ucapan pedasnya.

Teman-temannya yang mendengarnya hanya menggelengkan kepala sembari tertawa pelan, karena tau jika teman mereka satu ini memang begitu sifatnya.

•••

Pendapat kalian mengenai Part ini?

22dea2021

Reon & Salsa [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang