4'2

3.8K 242 2
                                    

"Ada kalanya Tuhan mengizinkan semuanya terjadi untuk kebaikan kita dan memenuhi rencana-Nya. Kita hanya bisa sabar dan melakukan bagian kita untuk mendapatkan rencana-Nya itu"

᠃ ⚘᠂ ⚘ ˚ ⚘ ᠂ ⚘ ᠃

"Ma! Sasha berangkat dulu ya" pamit Sasha yang diangguki oleh mamanya.

Ia berjalan keluar mengikuti papanya yang akan mengantarkannya ke sekolah.

᠃ ⚘᠂ ⚘ ˚ ⚘ ᠂ ⚘ ᠃

Sepanjang perjalanan, Sasha sibuk dengan pikirannya sendiri. Ia masih belum bisa memutuskan.

"Sha! Udah sampai" ucap papanya yang tidak mendapat respon dari anaknya.

Papanya terheran dan memanggil sekali lagi. Namun, tetap tak ada respon apapun.

"Sasha!!" panggil nya sekali lagi membuat Sasha terpelonjak kaget dan sadar.

Sasha langsung turun dari motor dan membuka helmnya. "Eh iya Pa, Maaf aku nggak denger" permintaan maaf Sasha.

"Kamu mikirin apa?" tanya papanya dengan kembali menaiki motornya.

Sasha menggeleng pelan. "Nggak kok Pa, kepikiran tugas aja hehe" senyumnya terukir sempurna.

Papanya mengangguk dan berpamitan pulang meninggalkan Sasha yang kini berjalan masuk ke dalam gerbang sekolah.

Langkah kakinya menyusuri sepanjang lobby sekolah dengan pikiran yang masih tidak tenang.

"Sha!" tepuk Becca dari belakang yang mengagetkan dirinya.

"Eh? Apa?" jawab Sasha kelabakan.

"Lo nggak papa? Udah mendingan? Kemarin gue ke rumah sakit, tapi lo nggak ada. Kata si Gabriel, lo pulang dianterin Kak Kelvin. Nih handphone lo kemarin ditemuin sama Gabriel dan titip ke gue" penjelasan panjang lebar Becca dengan menyerahkan handphone milik Sasha.

"Kenapa nggak dia yang ngasih ke gue?" herannya.

Becca tersenyum jahil. "Oh lo kangen dia?"

Sasha menggeleng cepat. "Nggak.."

Becca tertawa senang bisa memancing temannya itu. "Dia lagi sakit, makanya nitipin ke gue. Takut lo ada perlu sama handphone lo"

Sasha mencerna kata - katanya barusan. "Sakit? Sakit apa? Demam?" khawatirnya.

"Iya demam. Kemarin dia telpon gue" jawab Becca dengan melihat - lihat teman - temannya.

Sasha langsung mengaktifkan handphonenya dan menyalakan data selulernya.

Tring! Tring! Tring! Tring! Tring! Tring! Tring! Tring! Tring! Tring!

Banyak notif yang mulai masuk dan memenuhi layar handphonenya itu. Namun, ia tak mempedulikan notif tersebut. Ia hanya fokus dengan panggilan tak terjawab sebanyak 10 kali dari cowok yang kini demam karenanya.

Ia menekan tombol panggilan untuk mengetahui keadaan cowok tersebut.

"Lo ngapain, Sha?" intip Becca yang kemudian tersenyum melihat apa yang dilakukan Sasha.

"Oh lagi khawatir ceritanyaa.."

Sasha sedikit menjauh dan berjalan masuk untuk duduk di bangkunya sambil menunggu jawaban teleponnya.

5 menit sudah panggilan tersebut tak ada jawaban sama sekali. Dirinya pasrah dan menelungkupkan tangannya di atas meja.

"Gab.. Lo tidur ya? Maafin gue, gara - gara gue lo ja-" gumamnya terpotong ketika mendengar getaran dari benda berbentuk persegi panjang tersebut

ARSHAVINA [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang