7'4

3.2K 205 13
                                    

HALLO! SELAMAT MALAM!

WELCOME BACK!! 👋

AMBIL NAFAS DALAM - DALAM DULU, SIAPIN HATI BARU BACA HEHE

OKEI! HAPPY READING!

᠃ ⚘᠂ ⚘ ˚ ⚘ ᠂ ⚘ ᠃

Terdengar suara dengkuran halus, yang mampu menggelitik telinga laki - laki berpenampilan acak - acakan itu.

Ia mendekatkan diri ke arah sumber suara. Ternyata, gadisnya sedang tertidur pulas dengan posisi meringkuk serta beberapa rambut yang menutupi sebagian wajah cantiknya.

Tangan yang menampilkan sedikit uratnya itupun terulur menepikan. Kini terlihat jejak buliran bening yang mengering.

Kelvin terdiam sembari memandang wajah polos itu dengan perasaan campur aduk. Terlihat sorot matanya begitu tulus.

"God, I love her. Please, don't take it home again." pintanya dalam hati.

Ingin rasanya memeluk dan memindahkan penyakit sialan itu padanya. Tapi tidak mungkin. Dirinya bukan Tuhan.

Ceklek.

Kelvin menoleh, mendapati sepasang pasangan paruh baya tengah menatapnya sebelum beralih pada putri sulungnya itu.

"Tante, Om." sapanya hendak menghampiri.

"Sasha.." panggil sang mama yang dibalut dress biru tua itu tampak terkejut. Lantaran banyak alat - alat di sekitar serta monitor jantung.

Kelvin terdiam melihat sorotan mata keduanya khawatir serta membutuhkan penjelasan.

"N-nak Kelvin.." ucap terbata sang mama bersamaan dengan jatuhnya cairan bening dari pelupuk mata berkerut itu.

"Anak saya, kenapa?!" ujar pria paruh baya yang terdengar tegas sekaligus panik.

"Sasha cuman tidur kok, Om, Tante. Saya akan jelasin semuanya."

"Tapi, sebelumnya maaf.. Kita bicarain ini di luar saja.. Bagaimana Om, Tante?" pinta Kelvin sopan.

Terdengar hembusan nafas berat dari sang papa yang akhirnya menyetujui permintaan Kelvin.

"Saya tunggu di luar ya, Om, Tante.." pamitnya seraya meninggalkan ruangan.

Sebelum itu, Kelvin mengusap wajah gusar. Untuk menyebut saja sudah tidak sanggup, apalagi ini harus menjelaskan semuanya.

Kini dirinya bersender di samping pintu putih itu, menunggu kedua orang tua dari kekasihnya ini.

Ceklek.

Kelvin langsung menegakkan tubuhnya dan menghembuskan napas pelan.

"Jelasin nak!" ucap tegas sang papa yang sudah kalang kabut melihat kondisi putri sulungnya.

"Hiks.." isakan dari perempuan paruh baya itu mampu menggores hati kecil Kelvin.

Ia mengalihkan pandangan ke arah lain, untuk menetralisir.

"Nak!" sentak papanya.

"Maaf Om, Tante. Sebelumnya saya ingin minta maaf.. Karena saya tadi sudah bentak Sasha sampai dia ada disini."

Plak!

Satu tamparan keras mengenai pipinya. Perih serta panas sudah menjalar. Tapi ini tidak sebanding dengan akibat dari perbuatannya.

"SAYA NGGAK PERNAH BENTAK DIA! KENAPA KAMU LANCANG SEKALI BENTAK ANAK SAYA?!" ucapnya emosi.

Kelvin tertunduk. "Maaf, Om. Saya ngaku saya salah.. Saya minta maaf yang sebesar - besarnya."

ARSHAVINA [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang