7'7

3K 195 15
                                    

᠃ ⚘᠂ ⚘ ˚ ⚘ ᠂ ⚘

Adrenalin jantung Agatha terhenti sedetik. Pernyataan barusan membuatnya benar - benar mematung. "L-lo nggak bercanda, Vin?"

Kelvin menggeleng. "Papanya bilang sendiri kemarin, kalau pas lahir jantung Tasya udah nggak berfungsi dengan normal. Karena.. Pemupukan cairan disana. Tapi, kondisi Sasha sehat."

Terdengar tarikan napas kasar. "Gara - gara itu, Tasya dibuang. GILA KAN?!" sentaknya menggelegar di akhir.

"ORANG TUA MACAM APA YANG NGEBUANG PUTRINYA HANYA KARENA MALU PUNYA CACAT JANTUNG. DIKIRA BISA HIDUP SENDIRI? TASYA SELALU NAHAN SAKIT, KARENA NGGAK BISA BELI OBAT. DULU SEBELUM KENAL GUE, MALAH DIA NGGAK PERNAH MINUM OBAT. CUMAN DIKASIH OBAT HERBAL DARI NENEKNYA. TOLOL ANJING!"

Agatha terdiam. Dirinya sudah tidak bisa berkata - apa lagi, hanya menutup mulutnya tak percaya.

Satu tetesan bening itu mulai lolos. Ia mendongak melihat langit dengan nanar. Gadis malang yang sekarang sudah hidup bahagia di surga, benar - benar melewati perjalanan hidup yang naas.

"COBA WAKTU ITU SASHA CACAT JUGA! NGGAK BAKAL KAYAK GINI CERITANYA! PASTI GADIS GUE MASIH HIDUP DAN ADA DISINI." desisnya benar - benar membludak.

"Cuih." ludahnya ke samping.

"Sekarang? Sasha sendiri menderita penyakit yang lebih parah. Karma!"

"Vin, stop!" cegah Agatha takut laki - laki itu diluar batas.

Terdengar tawa remeh. "Apa jangan - jangan itu penyakit bohong kali ya.."

"Biar dapet simpatik dari gue." tambah Kelvin mulai ngelantur.

"Jangan aneh - aneh."

"Bener kan? Masa dia nggak tahu kalau punya kembaran?"

"Pura - pura bego apa gimana?" ujar Kelvin dengan tawa mengerikan diakhir.

Kelvin mengusap wajahnya kasar. "Assh" rintihnya, lantaran terkena pada luka yang masih belum kering itu.

"Pantes. Wajahnya mirip, makanan favorit, warna favorit mirip semua."

Agatha hanya diam membiarkan teman kecilnya itu terus mengoceh, melampiaskan amarahnya.

"Tapi, gue lebih pilih Tasya daripada dia."

"Tasya lebih kuat, kalau sakit jarang ditunjukkin. Lah dia? Sakit sedikit aja pingsan."

"Beda, Vin." cerca Agatha.

"Beda darimana? Sama - sama jantung. Dia aja yang lebay, cari simpatik."

"Kemarin sok mau cabut infus, giliran dimarahin langsung diem nangis."

"Emang bisanya nangis doang." muncul sudah semua kata - kata pedas dari bibir berwarna pink alami itu.

"STOP VIN!" gertak Agatha tak tega mendengar semua hinaan yang menurutnya konyol.

"Dia nggak salah. Yang salah itu orang tuanya. Stop nyalahin Sasha." desisnya tak terima.

"Sama aja. Dengan kelahiran dia buat kacau semuanya. Lebih baik dia nggak usah lahir, daripada jadi beban."

"DIEM, VIN! LO TUH SINTING YA!"

"DULU LO NGEJAR - NGEJAR SAMPAI DITOLAK, TETEP JADI PERISAI BAGI DIA. SEKARANG LO HINA DIA TANPA TERBUKTI SALAHNYA."

Kelvin menyunggingkan senyum mematikan. "Gue nyesel sekarang."

"Telat!"

"Men──"

ARSHAVINA [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang