6'1

3.4K 225 8
                                    

᠃ ⚘᠂ ⚘ ˚ ⚘ ᠂ ⚘ ᠃

Cukup lama mereka berpelukan, saling memberi kehangatan satu sama lain.

Gadis itu perlahan mengendurkan pelukannya dan menunduk malu.

Kedua sudut bibir Kelvin terangkat. "Malu? hm?" godanya.

"Apaansih, Kak!" ucapnya yang masih setia menunduk.

"Hahaha.. Masuk yuk!" ajak Kelvin lantaran takut terjadi apa - apa kalau terlalu lama di luar.

Sasha mengangguk dan langsung berbalik badan tanpa melihat kakak kelasnya itu.

Baru beberapa langkah, ia menepuk jidatnya. "Kak! Sekarang jam berapa?" tanyanya yang masih setia dengan posisi memunggungi.

"Balik dulu dong, Sha! Masa gue ngomong sama punggung lo sih," jahil Kelvin.

Terdengar decakan kesal dari gadisnya. Dengan perlahan, posisi punggung itu tergantikan dengan wajah malu yang terlihat jelas di mata laki - laki itu.

"Sekarang jam berapa, Kak?" tanyanya yang masih melihat ke bawah.

Kelvin yang gemas langsung meraih dagunya. "Kenapa muka lo merah?"

Tubuh Sasha berdesir. Hembusan nafas kakak kelasnya itu menyapu seluruh wajahnya. Bahkan, ia bisa merasakan deru hangat nafasnya.

Sasha yang tidak tahan, langsung melepaskan dengan pelan tangan Kelvin yang ada di dagunya. "Aku harus pulang, Kak.." jawabnya seraya menjauhkan wajahnya.

Kening laki - laki itu mengerut. "Lo nggak nginep sini? Udah malem, Sha."

Sasha menggeleng. "Jangan, Kak. Nanti mama mikirnya aneh - aneh." jawabnya.

"Biar mama gue yang ijin sama mama lo. Malem ini lo nginep sini dulu aja," tawarnya mengingat jam sudah menunjukkan pukul 8 malam.

Sasha menimbang - nimbang cukup lama. "Percaya sama gue. Gue yang bakal minta mama buat ijinin lo. Lagian gue nggak bakal ngapa - ngapain lo, mustahil. Lo bakal tidur di kamar Kak Kaylee. Gue di sebelahnya. Sebelah kamar lo maksudnya." penjelasan Kelvin panjang lebar sebelum mendapat tatapan curiga dari gadis itu.

Akhirnya, Sasha mengalah. "Nggak ngerepotin kakak?"

Kelvin mencubit pipi gadis itu gemas. "Lama - lama gue nikahin lo! Biar nggak ngerasa ngerepotin terus. Udah gue bilang da──"

Sasha menempisnya cepat. "Ish! Swakwit tau kak! Iya, iya maaf." ucapnya.

Kelvin berdehem pelan. "Salah sendiri lo punya pipi chubby gitu. Yaudah, ayo masuk! Kita ke kamar mama."

Sasha mengangguk dan mengekor di belakangnya.

Di tengah - tengah perjalanan menuju kamar mama dari kakak kelasnya itu, tiba - tiba kepalanya terasa pusing.

Dada kanannya terasa nyeri. "Akh.." rintihnya. Tangannya meremas pelan dadanya untuk mengurasi frekuensi sakit yang luar biasa itu.

Pandangannya buram dan tampak berputar mengelilinginya. Dengan cepat, ia mengerjapkan matanya berulang untuk menetralisir. Namun, nihil. Bukannya kembali normal, malah semakin menjadi.

Tangan kanannya sibuk mencari pegangan..

Pranggg!

Tanpa sadar, dirinya menjatuhkan sebuah vas putih disitu.

Sontak Kelvin menoleh ke belakang dan membulatkan matanya sempurna. "SASHA!" teriaknya seraya berlari menghampiri.

"Astaga! Ada ap── YA TUHAN! NAK!" pekik mamanya terkejut.

ARSHAVINA [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang