8'3

3.3K 190 10
                                    

HAII HAII!

SELAMAT PAGII!!

ABSEN DONG!!

OKEI! HAPPY READING YAA!!

᠃ ⚘᠂ ⚘ ˚ ⚘ ᠂ ⚘ ᠃

Baru saja, bankar itu menempati posisinya. Keringat mulai bercucuran ditambah deru napas pasien yang tak beraturan membuat sang dokter kalang kabut.

"Sus! Pasang monitor sekarang!" titahnya yang langsung dijalankan.

Dokter Tian mengambil stetoskopnya untuk memeriksa. Belum sempat menyentuh, napas pasien semakin cepat.

Suasana ruang ICU kini tegang, alat yang sudah terpasang di dada gadis itu sudah tersambung ke arah monitor yang kemudian memunculkan suara keras.

Bip. Bip. Bip. Bip.

Mereka bertiga tersentak mendengar detakan jantung yang cepat. "Pasang al──"

Ucapannya terpotong setelah layar monitor kini berubah. Matanya memicing melihat grafik yang mulai berangsur normal.

Dokter Tian kembali melihat gadis SMA yang menjadi pelanggan setianya, karena keras kepala yang tinggi. Keringat yang awalnya bercucuran deras kini sudah berhenti di tempat.

Ia menduga bahwa ada sesuatu di alam sadar yang terjadi. "Hah.. Syukurlah.." leganya seraya menghembuskan napas.

Kedua suster itupun turut menghela napas panjang sembari memasangkan infus. "Pasang alat oksigen." titah dari sang dokter yang mendapat anggukan.

"Dok.. Hasil lab-nya sudah keluar.." ucap salah satu suster.

Dokter Tian tersentak, entah mengapa feelingnya tidak enak. "Taruh di meja saya."

"Sudah, Dok." jawab suster itu.

"Oke. Saya ke ruangan dulu. Terus pantau dan jangan lengah!" titahnya tegas dengan ekspresi yang tidak bisa dideskripsikan.

"Siap, Dok." hanya jawaban itu yang terdengar sebelum melangkahkan kaki, keluar ruangan.

Ceklek.

Baru saja tangannya membuka knop pintu, sudah terlihat laki - laki berseragam SMA yang dibalut jaket jeans hitam dengan tangan yang sedikit mengeluarkan darah segar.

"Dok, gimana keadaan Sasha?" panik Gabriel seraya mengintip sedikit keadaan mantan kekasihnya itu.

Buru - buru sang dokter menutup pintu. Namun, bukannya menjawab, malah salah fokus.

"Habis berantem?" tunjuk dokter Tian ke arah tangannya.

Gabriel mengikuti arah pandangan itu. "Ck!"

"Nggak penting, Dok. GIMANA KEADAAN SASHA?!" geramnya tak sabar.

Dokter Tian menyunggingkan senyumnya. "Kamu khawatir sama dia?"

Gabriel memutar bola matanya malas serta tangan yang mengepal. "Sinting nih dokter!"

"NGGAK PENTING DOK! SEKALI LAGI SAYA TANYA, GIMANA KEADAAN SASHA?!" teriaknya tak peduli, bahwa ini tak sopan.

Bukannya marah, malah terdengar tawa kecil yang membuat emosi Gabriel semakin menggebu. Kalau saja bukan dokter, mungkin sudah dihabisinya.

"Kondisinya baik. Cuman tadi.."

"Tadi apa, dok?!" selanya cepat.

Dokter Tian merubah mimik wajahnya serius membuat adrenalin jantung Gabriel berdegup kencang.

ARSHAVINA [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang