7'5

3.3K 197 2
                                    

SELAMAT PAGI!! ☺

GIMANA KABAR KALIAN HARI INI?

AUTHOR HARAP BAIK YAA!

OKEI! HAPPY READING!!

᠃ ⚘᠂ ⚘ ˚ ⚘ ᠂ ⚘ ᠃

"Kalau kamu kuat, pertahanin. Kalau nggak, jangan."

᠃ ⚘᠂ ⚘ ˚ ⚘ ᠂ ⚘ ᠃

Gadis berseragam pasien itu terlihat mengerjapkan mata berulang. Ia menetralisir penglihatannya sebelum memandang sekitar.

Deg.

Betapa terkejutnya melihat kedua orang yang sangat disayanginya, kini berada di samping kanan kiri sedang terlelap.

Ia memejamkan mata seraya meringis kecil. "Bagaimana bisa mama papa ada disini?" ucapnya dalam hati.

"Apa mereka sudah tahu..?" cemasnya.

Sebelum itu, iris mata coklat miliknya berkeliling ke seluruh sudut ruangan. Benar, dirinya sedang mencari laki - laki yang baru saja bertengkar dengannya semalam.

"Kamu marah ya?" terawangnya disertai genangan.

"Nak.." panggilan itu membuatnya menoleh.

"Mama.."

"Nak, apa ada yang sakit?" tanya mamanya terlihat khawatir.

Sasha menggeleng. "Aku sehat kok, ma." hanya itu yang bisa diucapkannya.

"Nak.. Kenapa kamu nggak bilang?" terdengar nada getir.

Kedua bola matanya sekarang tertunduk ke bawah. Ia tak berani melihat mata teduh sang mama. "Maaf, Ma.."

Terasa elusan lembut membelai tangan yang diinfus itu.

Tes.

Sasha sudah tidak bisa lagi membendung, buliran bening itu berhasil lolos. "Maaf, Ma.. Aku.. Nggak mau bikin mama khawatir.."

"Hiks.." isakan kecil mulai terdengar di telinganya. "Maafin mama, Nak.."

"Mama gagal jadi mama yang baik buat kamu.."

Belum sempat ia mendongak, terasa buliran bening membasahi tangan satunya.

"Papa juga minta maaf.."

"Belum jadi papa yang baik buat kamu.."

Kedua tangannya kini basah, juga dengan selimut yang mendekap tubuhnya itu.

"Aku juga minta maaf, belum bisa jadi putri yang baik.."

"Nggak. Kamu nggak salah. Ini semua salah mama dan papa.."

Sasha memejamkan mata untuk menghentikan pergerakan buliran bening itu, tapi tidak mempan. Justru hatinya sakit sekarang, melihat tangisan dari dua orang yang sangat amat ia sayang.

Ia membuka mata dan menggeleng. "Nggak ma, pa.. Aku yang salah.. Hiks..." tangisnya pecah.

"Aku jadi beban buat mama papa, aku nggak bisa jadi anak pada umumnya, jantung aku lemah.." lirihnya.

"Hiks.. A──"

Belum sempat melanjutkan perkataannya, sang mama sudah terlebih dulu memeluk. "Nggak boleh ngomong gitu sayang, mama sama papa sayang sama kamu. Kamu nggak jadi beban. Kamu anak yang baik. Kamu sehat." diiringi isakan yang mulai mereda. Namun, terdengar menahan.

ARSHAVINA [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang