7'3

3.1K 209 6
                                    

Hallo! Selamat malam!

Welcome back!👋

Happy reading ya!

᠃ ⚘᠂ ⚘ ˚ ⚘ ᠂ ⚘ ᠃

2 kata itu mampu membuat langkah kakinya terhenti. "Beneran?" ucapnya berbalik.

Dokter Tian mengangguk. "Dia cari kamu." ujarnya.

Deg.

"Gue udah nggak ada tempat di hati lo, Sha?" batin Gabriel bersalah.

Tanpa berpikir panjang, Kelvin langsung berlari ke ruang ICU itu.

"Maaf, saya nguping sedari tadi. Lebih baik selesaiin secara baik - baik. Karena kalian bawa pengaruh dalam hidup pasien." tambah sang dokter menatap lurus Gabriel yang terdiam membeku di tempat.

"Ya, Dok." dirinya pening sekarang.

"Saya kesana dulu." pamitnya seraya melengos pergi melewati sang dokter yang ikutan terdiam disana.

"Gab!" panggil Becca sedikit berteriak.

Gabriel menghentikan langkah kakinya sembari menoleh ke belakang.

"Maaf, Dok. Bisa tinggalin kami berdua?" pinta Becca sopan sebelum melanjutkan perkataannya.

Dokter Tian berdehem pelan. "Baik." ucapnya langsung berbalik badan, pergi.

"Apa?"

Becca tidak menjawab, ia menunggu punggung berjas putih bersih itu menghilang.

"Jangan kesana." desis Becca.

Ia berbalik badan dengan kedua alis menyatu. "Jangan. kesana." ulang Becca penuh penekanan.

"Maksud lo?"

"Gue nggak suka."

Terlihat ekspresi kebingungan di raut wajah laki - laki itu. "Apanya?"

"GUE NGGAK SUKA LO DEKET - DEKET SASHA!" teriak Becca menggelegar.

Deg.

Gabriel tersentak dan memilih menghampiri gadis itu. Tangannya bertengger di depan dahi yang sedikit lebar, memastikan. "Lo demam kayaknya."

Becca menepis kasar. "GUE NGGAK SAKIT. STOP! LO BAKAL JADI PAPA DARI ANAK GUE."

"Jangan pancing emosi gue, Bec. Ayo pulang!" putus Gabriel tidak ingin memperkeruh suasana.

Becca tersenyum miring. "Lo pilih Sasha?!"

"Kalo gue milih dia. Gue nggak bakal tanggung jawab sama lo."

"Masih kurang? Lo pikir gue nggak suntuk ngehadapin ini semua?"

Gadis berdress ungu itupun terdiam. "Gue juga capek, Bec. Gue nggak tahu perasaan gue buat siapa. Gue sayang sama lo, tapi gue juga sayang sama Sasha. Gue udah ngehancurin masa depan lo, tapi gue juga ngehancurin hidup Sasha." ucap Gabriel seraya mendekat ke arahnya.

Perkataan laki - laki itu tidak mempan untuknya. "Lo pikir jadi gue gampang, Gab?"

"LO BRENGSEK! KENAPA HARUS LO YANG NEMENIN GUE, DISAAT GUE TERPURUK HAH?!"

"GUE NGGAK BISA KONTROL PERASAAN GUE GAB! GUE SAYANG SAMA LO."

Deru napasnya memburu. "GUE NGALAH WAKTU LO SAMA TASYA. GUE KASIHAN SAMA DIA, DIA JAUH LEBIH TERPURUK DARIPADA GUE. TAPI.. LO TETEP NEMENIN GUE!"

"BRENGSEK!" tanpa sadar buliran bening itu mulai membasahi pipinya.

Gepp!

Gabriel menarik gadis itu ke dalam dekapannya. "Maaf.." lirihnya pelan.

ARSHAVINA [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang