4'5

3.5K 238 11
                                    

"Semoga.. Gue nggak salah."

᠃ ⚘᠂ ⚘ ˚ ⚘ ᠂ ⚘ ᠃

Satu nama. Membuat napas Sasha sedikit tak beraturan. Ia ingin menoleh, namun takut bahwa prasangkanya benar.

Akhirnya dengan cepat, gadis itu memilih memutar badannya 180° dan beranjak pergi dari situ.

"Sha."

Gerakan langkah kaki pertamanya berhenti.

"Anjir! Suaranya," ucapnya dalam hati.

"Gavesha Arshavina Shaenette."

Deg.

"Oh God!" lagi - lagi hanya terucap dalam hati.

Sasha mendongakkan kepalanya dan tersenyum polos.

"Eh.. Gabriel.. Lo ngapain di sini?" basa - basinya untuk menutupi kegelisahannya.

"Seharusnya itu yang gue tanyain sama lo. Tapi sebelum itu, lo mau nemenin gue sebentar disini?"

Sasha terdiam sebentar. "Oke boleh," jawabnya singkat yang kemudian mengikuti langkah kaki laki - laki tersebut ke meja yang ditujunya.

Meja 17.

Gabriel mendaratkan pilihannya di angka meja tersebut. Tidak ada alasan apa - apa. Hanya saja, pilihannya jatuh begitu saja.

Sedangkan, Sasha hanya duduk di depan laki - laki tersebut. "Kenapa lo nggak pulang?"

"Harusnya gue yang tanya sama lo. Bukannya lo bilang hari ini nggak bisa?"

Skakmat. Pertanyaan yang barusan dilontarkan Gabriel membuat dirinya menjadi tersangka. Padahal tidak.

"Emm.. Gue dititipin mama tadi, cuman minumannya lagi kosong" penjelasannya mencoba tetap santai.

Kerutan jelas tercetak di dahi laki - laki itu. Entah kenapa matanya menangkap gadis itu sedang berbohong.

"Papa lo mana?" tanyanya dengan celingukan kesana - kemari.

"Anjir! Alasan apa lagi gue.." rutuknya dalam hati.

"Ada yang lo sembunyiin?". Tak ingin berlama - lama lagi, ia ingin mendapat jawaban dari perasaan buruknya akhir - akhir ini.

Sasha mengalihkan pandangannya ke arah lain dengan tangan yang meremas pelan rok sekolahnya sendiri.

"Gimana ini.."

"Kalo lo mau cerita, gue siap dengerin. Tapi kalo lo milih mendem sendiri, ya nggak papa. Karena gue cuman orang yang suka sama lo, bukan pacar lo."

Perkataan Gabriel mampu membuat dirinya menoleh tak percaya.

"L-lo suka sama gue?" ulangnya masih tak percaya.

"Iya. Gue sayang sama lo." tegasnya.

Deg.

Detak jantungnya tak karuan setelah mendengar pernyataan barusan. Tak hanya itu, perutnya juga seperti dipenuhi ribuan kupu - kupu. Tidak bisa. Dirinya tidak bisa seperti ini.

"Lo nggak harus jawab sekarang. Yang penting lo tau perasaan gue ke lo." tekan Gabriel sekali lagi.

Tak ada pikiran apapun yang ada di otaknya. Blank. Itu yang dirasakan Sasha. Bayangkan saja, tidak ada hujan tidak ada petir. Dirinya ditembak oleh laki - laki yang menjadi pujaan hatinya sedari awal.

"Permisi Kak.. Ini pesanannya.." ucap salah satu barista yang memecah pikiran Sasha.

Gabriel.
Sasha.

ARSHAVINA [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang