5'2

3K 194 3
                                    

"Kebiasaan remaja jaman sekarang pada gengsi, padahal dalam hati mah berbunga - bunga.."
'Dr. Tian

᠃ ⚘᠂ ⚘ ˚ ⚘ ᠂ ⚘ ᠃

Bau rumah sakit menyeruak ke dalam penciumannya. Ia mengerjapkan matanya berkali - kali untuk bisa melihat dengan jelas dimana dirinya berada.

Deg.

Betapa terkejutnya melihat tangan kanannya kini terpasang infus. Lagi.

"Disini lagi.." gumamnya.

"Eh tapi, siapa yang bawa gue kesini ya? Perasaan tadi di sekolah sepi..." ucapnya sendiri.

"Apa Gabriel ya?" senyumannya mengembang seketika.

Ceklek.

Ia menoleh dengan perasaan senang, berharap yang membawanya adalah kekasihnya sendiri.

Namun.. Senyumnya berlangsung pudar ketika melihat seseorang yang muncul dari pintu tersebut.

"Kak Kelvin.."

"Loh.. Udah sadar. Ada yang sakit, Sha?" timbul ekspresi khawatir dari raut wajahnya.

Sasha menggeleng. "Gue nggak papa kok kak," jawabnya.

"Really?"

"Iya, Kak. Gue sehat kok."

"Kenapa lo nggak makan?" tanyanya.

Mampus, batinnya.

"Lupa kak hehe" ucapnya dengan memunculkan sederet gigi putihnya.

"Emang pacar lo nggak nawarin makan?"

Sasha terdiam. "Kak.." panggilnya.

Kedua alis Kelvin terangkat sedikit.
"Hm?"

Sasha menggigit bibir bawahnya. Ia tak tahu harus mulai dari mana.

"Kenapa?"

"Gue nggak cemburu. Itu hak lo mau pacaran sama siapa. Tapi kenapa si brengsek itu, Sha? Kenapa dia?" sambung Kelvin seakan mengerti apa yang akan dibahas olehnya.

"Maaf kak," ucapnya dengan menunduk takut.

"Hey? Kenapa nunduk? Tatap mata gue, Sha." ujar lembut Kelvin kepadanya.

Sasha memberanikan diri untuk mendongak dan menatap mata coklat milik kakak kelasnya itu.

"Lo nggak peka sama perlakuan gue selama ini? Gue harus lakuin apa lagi buat lo tahu kalau gue sayang sama lo?"

Deg.

Tebakannya benar. Ternyata, laki - laki yang mendapat julukan ketos edan darinya itu mempunyai perasaan lebih.

Sasha mengalihkan pandangannya ke arah lain. "Kak, Maaf.." lirihnya.

"Sekali lagi, Maaf kak. Gue nggak bisa balas perasaan kakak. Dan.."

Sasha mengambil napas sebentar sebelum melanjutkan perkataannya.
"Kakak nggak berhak bilang Gabriel brengsek. Dia baik, gue sayang sama dia."

Deg.

Tangannya mengepal kuat menahan amarahnya sekarang. Ingin rasanya menghampiri laki - laki itu dan menghabisinya hari ini juga.

Namun, ia menahan untuk tidak melakukannya sekarang.

"Iya. Maaf. Tapi lo yakin sama dia?
Lo nggak mau mikir lagi?" tanyanya lagi.

Sasha tak habis pikir dengan ketos edannya ini. "Yakin 100% kak."

ARSHAVINA [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang