5'5

3.3K 192 33
                                    

"Sekalipun.. Itu positif."

᠃ ⚘᠂ ⚘ ˚ ⚘ ᠂ ⚘ ᠃

"ANJIR!" teriak Becca kaget melihat laki - laki itu berada di sampingnya.

Suaranya membuat seseorang yang di sampingnya itu pun mengerjapkan matanya terkejut. "Enggh.. Apaan sih lo teriak - teriak."

Gadis itu merasa aneh, dengan cepat ia membuka selimutnya dan terbelalak setengah mati. "KITA NGAPAIN GAB!!!" teriaknya lagi.

"Ck. Lo yang mulai anjir."

Dengan cepat ia menutup badannya yang polos tanpa sehelai apapun dengan selimutnya erat. "Ja-jadi ki-kita.."

Gabriel menoleh ke arahnya dsn menghembuskan napas kasarnya.
"Iya."

"Lo tutup mata dulu, gue pake baju." sambungnya membuat gadis itu berbalik arah memunggunginya.

Gabriel langsung beranjak berdiri dan mengambil pakaiannya yang berserakan di lantai. Ketika ia memakai baju, terdengar isakan di telinganya.

"Hiks.. Hiks.."

"Pake baju lo. Gue tunggu di luar." ucapnya dengan perasaan tak karuan.

Laki - laki itu pergi keluar meninggalkan seorang gadis yang menjadi 'temannya' itu terisak sendirian.

Setelah pintu kamarnya tertutup rapat. Kini senyum evil tercetak jelas di wajahnya. "Maaf, Sha. Gue harus dapet apa yang jadi milik gue. Gue nggak mau berkorban lagi, kali ini perasaan gue harus menang." Ia mengusap air mata palsunya dan beranjak memakai pakaian.

᠃ ⚘᠂ ⚘ ˚ ⚘ ᠂ ⚘ ᠃

Hening.

Suasana di antara mereka hening, tidak ada yang membuka pembicaraan.

Gabriel yang sedari tadi diam dihantui rasa bersalah kepada kekasihnya itu.

"F*ck." umpatnya dengan menonjok motornya.

Becca yang melihat hal itupun tersenyum kecil yang mungkin tidak terlihat jelas di wajahnya.

"G-gab.. Ki-kita beneran?" tanyanya berpura - pura.

Gabriel mengangguk pasrah. "Iya. Maaf, Bec. Ini kesalahan gue, nggak seharusnya kejadian kayak gini kalau gue bisa kontrol diri gue sendiri."

"Maaf.." ucapnya dengan menatap lekat mata perempuan yang berada di hadapannya itu.

Becca menutup wajah dengan kedua tangannya. "Hiks.. Hiks.." tangisnya.

"Gue gagal jadi perempuan hiks.."

Melihat hal itu membuat hatinya luluh. Dengan sekali tarikan, gadis itu kini berada dalam pelukannya.

Tangannya terulur mengelus lembut rambut hitam yang terurai panjang tersebut dengan pelan. "Gue bakal tanggung jawab kalau lo hamil." spontannya.

Becca terkejut mendengar perkataan yang keluar dari laki - laki itu. "Hiks.. Terus Sasha gimana..?"

"Gue bakal putusin dia besok. Gue nggak mau dia terluka kalau tahu soal ini.." lirih Gabriel dengan perasaan bersalan.

"Lo yakin?" tanyanya dengan mengusap air matanya.

Gabriel mengendurkan pelukannya dan menatap ke arah lain. Ia bingung harus berbuat apa. Kalau dipikir, kesalahannya kali ini jauh lebih fatal dibanding dengan sosok yang mirip dengan kekasihnya itu.

Dirinya mengacak rambut frustasi. "Gue bingung, Bec. Gue udah janji buat tebus dosa gue lewat dia. Tapi.. Gue malah nyakitin dia.." ujarnya seraya menunduk.

ARSHAVINA [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang