8'5

3.3K 206 5
                                    

᠃ ⚘᠂ ⚘ ˚ ⚘ ᠂ ⚘ ᠃

"Goodnight, Princessnya Kelvin."

᠃ ⚘᠂ ⚘ ˚ ⚘ ᠂ ⚘ ᠃

Atmosfer di ruang ICU terasa menegangkan. Pandangan gadis yang sudah berganti mengenakan seragam pasien kini kosong.

Tes.

Buliran bening itupun lolos kembali. "Aku punya kembaran.."

"Tapi aku nggak tahu wajahnya gimana, apa mirip sama aku atau ada bedanya.." racaunya sendiri kala melihat dua orang sedang berada di sampingnya.

"Kayaknya Kak Kelvin lebih sayang dia ya?" tatapannya kini beralih ke arah kakak kelasnya yang tengah mengusap pipi, menghapus jejak air mata.

Agatha terdiam, dirinya tidak tahu harus menjelaskan apa. Tidak mungkin mengungkap semuanya di saat seperti ini.

"Apa dia cinta pertama Kak Kelvin?"

Deg.

Kafeel melirik Agatha untuk memberi kode dengan menggelengkan kepalanya. Agatha yang paham pun mengangguk kecil.

"Kak...?" desak Sasha disertai buliran bening yang terus menetes.

"Kakak bilang faktanya aja nggak papa.. Aku lebih baik tahu fakta menyakitkan daripada fakta manis tapi bohong."

"Biar Kelvin yang jelasin nanti. Gue nggak berhak ikut campur masalah kalian berdua.." putus Agatha yang mendapat senyuman dari Kafeel.

"Jawaban yang bijak." puji Kafeel dalam hati.

Sasha menghembuskan napas pelan. Hatinya kesal melihat tidak ada yang berani menjelaskan kebenaran padanya.

"Aku tidur dulu, kalau Kak Kelvin datang, tolong bangunin ya.."

"Sha!" panggil Kafeel dengan nada cemas.

Sasha tersentak dan menatap temannya itu aneh. "Kenapa, Kaf ?"

"Lo nggak tidur selamanya kan?"

Deg.

Agatha membulatkan matanya, khawatir. "Sha.."

Sasha mengulas senyumnya. "Nggak, Kaf.. Gue cuman ngantuk, makanya pamit tidur.."

"Kan gue titip pesan, kalau Kak Kelvin datang, bangunin gue.." tambahnya dengan tawa kecil di akhir.

"Janji ya?" entah mengapa hati Kafeel tidak tenang. Kata 'tidur' sekarang berbeda makna dalam pandangannya.

"Iya, Kafeel Ardhitama. Nggak usah khawatir, gue cuman tidur. Ngantuk." pungkas Sasha seraya membalikkan badan.

Terdengar helaan napas panjang dari Kafeel. "Oke. Nanti gue bangunin kalau pacar lo dateng."

"Goodnight, Sha.." ucap Agatha berusaha tenang.

Kafeel yang mengerti itupun mendekat seraya merangkul pundak kakak kelasnya, menenangkan.

Agatha menoleh mendapati netra hitam teduh milik Kafeel yang berhasil menghipnotisnya.

Mereka berdua hanyut dalam tatapan hangat satu sama lain. Serasa berbagi kekhawatiran mengenai gadis yang tengah meringkuk di atas ranjang rumah sakit.

"She's fine." kata Kafeel yang tetap menatap iris berwarna hitam yang membuatnya tidak ingin mengalihkan pandangan kemanapun.

Agatha mengangguk dan menghela napasnya pelan. Tubuhnya tidak mengelak mendapat perlakuan manis dari adik kelasnya ini. Setidaknya, bisa merasakan rumah di tempat lain.

ARSHAVINA [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang