6'5

3.3K 229 12
                                    

Sebelum membaca, siapin diri kalian ya! 😌

Putar lagunya pas di bagian kedua aja hahaha biar bisa ketawa ☺

Yasudah, Happy Reading!

᠃ ⚘᠂ ⚘ ˚ ⚘ ᠂ ⚘ ᠃

"Lah? Kenapa jadi kamu yang disini?" Dokter Tian terheran melihat siapa yang kini ada di ruangannya.

"Ya ka──Asshh" lirihnya, karena luka di sudut bibirnya itu ditekan.

"Lemah kamu." ledek sang dokter. Tanpa memberi ampun, ia menekan kembali kapas ke beberapa luka yang lain.

"Udah tau sakit. Malah berantem." tekannya lagi.

"Ssshh" desis Kelvin. "Kalau posisinya dibalik juga dokter bakal kayak saya."

"Siapa yang mau kayak kamu? Mending saya tidur di rumah."

"Ck. Serah dokter lah." decaknya kesal.

"Lah emang terserah saya, kenapa kamu yang marah?"

"Nyebelin nih dokter satu." batin Kelvin.

"Ayo, Dok!"

"AWSSH" teriaknya kencang, lantaran lukanya mendapat extra tekanan dari luar. Maksudnya tekanan kapas.

"DOKTER MAU BUNUH SAYA?!" pekik Kelvin kesal.

"Lagian kamu ngapain ngajak saya? Saya masih normal."

Seketika laki - laki itu menampakkan wajah cengo tak percaya. "Maksud saya bukan itu, Dok elah!"

"Cewek saya sakit apa?!" benar - benar kesabarannya diuji kali ini.

Dokter Tian menaikkan satu alisnya. "Cewek kamu?"

"Iya." jawab Kelvin mencoba untuk menyetok kesabarannya.

"Sejak kapan?"

"Kapan - kapan." ceplosnya asal.

"Gitu ngaku - ngaku pacar. Jadian aja belum."

Skak. "Dasar dokter dora!" hardiknya pelan.

"Saya dengar. Telinga saya jernih."

"Nggak ada yang bilang telinga dokter budeg." sudah cukup. Kali ini kesabarannya sudah habis.

"Oh iya, satu lagi. Saya bukan dokter dora. Saya dokter manusia."

"SERAH DOKTER LAH!"

Dokter muda itu menahan tawanya. "Baru diuji gini aja marah, apalagi ujian cinta." sindirnya.

Ia memilih diam, tidak membalas. Bisa - bisa bukannya sembuh, malah lukanya bertambah.

15 menit berlalu. "Sudah. Silahkan duduk di sana." ucapnya seraya membereskan peralatan yang baru saja digunakan.

Kelvin berdiri dan duduk di kursi yang ada.

"Oke." helaan napas terdengar setelahnya.

"Saya belum yakin sama kamu. Kasih satu alasan, kenapa kamu harus tau?"

"Saya sayang sama dia. Saya sudah pernah kehilangan. Kali ini, saya tidak ingin mengulangi hal yang sama. Jadi, tolong kasih tau apapun tentangnya, Dok." ujar Kelvin dengan tatapan sendu.

Tatapan itu membuat hati dokter bername tag Tian itu luluh. "Oke."

"Jadi sedari awal dia dibawa kesini, saya sudah curiga. Karena penyebabnya ringan. Hanya kecapekan setelah melakukan aktifitas lari yang kurun waktunya sebentar. Tapi saya tidak ingin mendiagnosis tanpa adanya bukti lengkap."

ARSHAVINA [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang