SORRY TYPO.
***
KEBINGUNGAN.
***
"Gwaahhh... El, bilang ke papa David aku cinnta banget sama gamenya."
Rahayu merinding gemas saat mengatakan hal tersebut. Lantas ia menunjukan layar ponselnya.
"Lihat ... happy ending donggg!"
"Ngeekk~" Elita memutar bola matanya jengah.
Rahayu tak menanggapi respon sahabatnya yang memilih duduk bersebrangan. Rahayu malah asik men-screenshot tampilan game yang baru menemukan akhir ceritanya dan mempostingnya dalam grup pecinta game yang ia ikuti.
Elita sudah terbiasa dengan sifat girang Rahayu jika sudah bersangkutan dengan game. Apapun itu. Tapi sepertinya anak kampus yang lain agak lirik-lirik bingung saat ini. 'Kenapa? Gila?' begitu pikir mereka.
Rahayu sedang mabok game otome. Sejenis game simulasi kencan, yang mana pemain bisa memainkan peran tokoh yang tertera disana dan memilih jalan hidup mereka. Semacam itulah.
Elita juga kurang paham. Genre-nya perpaduan fantasy-romance dengan bumbu advanture dan misteri walau tidak terlalu kentara. Bukan hanya Rahayu, tapi Elita juga memainkan game tersebut. Hanya saja, tidak sebucin sahabatnya ini. Elita hanya menghargai usaha karyawan papa-nya yang merilis game ini. Juga sebagai anak seorang pemilik perusahaan.
Lagi pula, Elita bertanya-tanya ... dari sekian banyak game yang dibuat, kenapa game seperti ini yang ayahnya rilis? Kenapa tidak game perang atau tembak-tembakan lagi?
Iya, om David itu-- papa Elita, yang punya perusahaan game. Hanya Rahayu yang tahu. Rahayu mengaku sebagai fans nomor satu dari SETIAP game yang rilis dari perusahaan David.
Yah, itu juga karena Rahayu fans ayahnya Elita juga. Dia tertarik. Karena David itu seorang duda. Ia dan istrinya bercerai tahun lalu. Sampai sekarang, belum ada bau-bau ibu baru.
Tapi Elita menganggap ketertarikan sahabatnya itu hanya lelucon semata. Mana sudi Elita memiliki ibu baru seusianya.
Sudahlah, bahas masalah keluarga Elita akan panjang ceritanya.
Sekarang Elita dan Rahayu sedang di kantin fakultas, ngomong-ngomong. Sebelumnya mereka menggunakan pergantian mata pelajaran untuk mengurus materi presentasi tiga hari mendatang. Kebetulan Rahayu adalah partner kelompok Elita, jadi secara kompak mereka memilih makan saat kuliah berakhir saja.
Nekat memang, menahan lapar. Tapi syukurlah, kelas berikutnya digantikan hari lain karena dosennya sedang berhalangan. Jadi bisa bubar lebih awal.
Mereka di kantin fakultas sudah hampir dua jam. Satu jam Rahayu gunakan untuk bermain game sampai tamat. Setengah jam lagi digunakan untuk mengagumi kemenangannya setelah berhasil mencapai akhir bahagia sesuai harapannya.
Elita, sih anteng saja makan batagor sambil menscroll sosial medianya.
"Aku mau coba main pake avatar yang lain ah," ujar Rahayu. Dia sudah menganti tokohnya dan memilih tiga diantara yang ada.
"Coba jadi Adrenna deh," saran Elita.
Rahayu menatapnya sewot. "Iddddihhhhh, OGAH!"
Elita menipiskan bibirnya karena sebal dengan respon sahabatnya itu. Apa yang salah sih memerankan Adrenna? Kan cuma game. Gak usah over juga kali reaksinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHANGE THE SAME ENDING [SELESAI]
FantasyCheck bio to see other stories! *** Setahu Elita, game itu kaku. Gak punya kehidupan yang luwes seperti ini. Eh, kenapa dia bisa berubah menjadi Adrenna si tokoh game dan harus menjalani hidup yang rumit begini? Siapa sangka jika dirinya akan berg...