CHANGE THE SAME ENDING 28.

889 183 12
                                    

SORRY TYPO.

BELAKANG INI SUKA BINGUNG SAMA JUDUL.

***

DI RUMAH BARU

***

Nico mengerjap beberapa kali saat melihat gadis bersurai perak keemasan berdiri di depan rumah barunya seraya menenteng tas. Di belakang, ada seorang gadis pelayan yang juga membawa barang bawaanya.

Adrenna dan Retta melempar senyum menunjukan deretan gigi rapih mereka. Tapi senyum Adrenna tak bertahan lama. Ekspresinya kembali datar.

"Boleh aku masuk?"

Nico masih terdiam di depan Adrenna sambil berkedip beberapa kali. Kepalanya masih memproses. Tadi pagi ia diperintahkan oleh Victor untuk menyambut seorang penulis sekaligus ahli tanaman herbal yang baru saja bekerja sama dengannya. Selama hampir satu hari penuh menunggu, yang datang hanya gadis manis yang merupakan kekasih paslu sang kakak.

"Ke ... Sini?" Nico menunjuk rumah yang baru Victor beli beberapa waktu lalu. Adrenna mengangguk.

"Ke rumah ini?" Tanya Nico lagi masih menggunakan nada tak percayanya.

"Tentu, Tuan Muda. Tuan Duke minta nona saya dan SAYA untuk masuk dan tinggal di rumah itu," ujar Retta tanpa takut.

Adrenna mengulas senyum sinis yang tipis. Retta ternyata cukup cerdas untuk merealisasikan perintahnya kemarin.

Sebelum memutuskan untuk tinggal sementara di kediaman Duke Bennad sampai tugasnya selesai, Adrenna meminta Retta agar bersikap berani dan tegas. Ia ingin Retta yang mengurus semua keperluannya. Tidak ada orang lain. Mungkin ada satu dua pelayan saja yang akan membantu Retta.  Ia ingin Retta menjunjung tinggi pengabdiannya pada Adrenna.

"Tunggu sebentar, kalian penulis yang dimaksud kakak?”

"Lebih tepatnya aku. Ayo Retta, Snanta tidak akan membiarkan kita istirahat walau baru mendarat."

Nico langsung berbalik saat Adrenna berjalan melewatinya. Rumah ini sangat minimalis. Seperti yang Adrenna minta. Sebuah rumah berlantai dua yang berukuran sedang.

Di atas ia gunakan sebagai ruang kerja dan kamar. Lantai bawah menjadi arena berkumpul dan bersantai serta dapur dan ruang makan.

Adrenna menyeringai saat melihat bahan makanan lengkap. Alat dapurnya juga super lengkap dengan model cukup modern. Dasar game memang, itemnya tidak kalah menawan dari pada Avatarnya.

Adrenna menaruh tasnya di bangku meja makan dan mulai memilih bahan makanan. Nico buru-buru menghampiri Adrenna saat melihat gadis itu memegang pisau besar yang tajam. Ukurannya seperti pisau untuk memotong daging.

"Jika kau seorang putri bangsawan, sebaiknya kau menjauhkan itu dari jangkauan mu. Lebih bagus kau tidak pernah menginjakan kaki di dapur," ujar Nico niatnya mengingatkan kodrat seorang putri bangsawan.

"Kenapa? Kau takut aku terluka? Kau takut tanganku tidak kuat memegang pisau tajam ini dan akhirnya jatuh?"

Adrenna menggeser ayam yang sudah dibersihkan oleh pelayan dan masih dalam bentuk utuh. Ia juga menakut-nakuti Nico dengan berlaga seperti hendak menjatuhkan pisau itu. Jantung Nico berpacu lebih cepat saat melihatnya. Dia menggeram kesal dan hampir menerjang Adrenna tapi mata tajam pisau itu langsung menjadi tameng Adrenna. Arahnya tepat di tengah-tengah wajah Nico.

"Tenang saja. Aku mahir disini," kata Adrenna seraya menepuk ayam yang terlihat penuh daging itu.

Nico yang masih dalam mode terkejut dan memenangkan hatinya malah memperhatikan setiap gerakan tangan Adrenna yang lihai memotong ayam. Bahkan memisahkan kulit di beberapa potong ayam dengan rapi. Sepertinya dia memang sangat mahir.

CHANGE THE SAME ENDING [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang