CHANGE THE SAME ENDING 13.

1.1K 211 0
                                    

Maaf ya update nya masih terombang-ambing.

***

BERTEMU.

***

Adrenna membuka matanya perlahan. Ia baru bisa tidur nyenyak saat dini hari dan ia bangun setelah tiga jam kemudian. Adrenna masih merasakan rasa lelah di tubuhnya akibat kegiatan bersama Victor kemarin dan semakin lelah saja saat mengingat kabar yang dibawakan Deris.

Retta hilang saat mereka menghabiskan waktu di ibu kota. Adrenna langsung mengerahkan beberapa prajurit keluarganya untuk mencari Retta. Tidak lupa mengirim surat juga pada Victor.

Adrenna tidak tahu ini jalan yang benar atau tidak. Ia hanya takut jika orang yang menculik Retta adalah orang yang hampir penculik Adrenna di pemukiman siang itu. Jika iya, ini sudah menjadi tanggung jawab Victor. Retta adalah keluarga bagi Adrenna dan Victor menjamin keselamatan keluarga ini dari orang-orang yang sedang ia cari.

Adrenna mengacak-acak rambutnya karena frustasi. Tak habis pikir, kenapa Retta? Apa saat penyamarannya dilepas orang-orang itu melihat Adrenna? Karena Adrenna bersama Victor jadi mereka menculik Retta yang kebetulan sedang diluar sebagai pengganti Adrenna?

Tapi memangnya mereka tahu siapa Adrenna? Memangnya mereka sudah tahu siapa Retta? Ini pasti tidak ada sangkut pautnya dengan keluarga Erluck. Maksudnya, walau mereka tahu siapa adrenna, tapi meraka belum tentu tahu bahwa Retta adalah pelayan pribadi Adrenna. Mereka pasti asal culik.

Tapi mungkin saja tahu karena pelayanannya sedang pergi dengan Deris. Tapi saat itu ... Arhhh setiap memikirkannya kepala Adrenna terasa mau pecah. Tapi jika tidak di pikirkan Retta bisa dalam bahaya. Ralat.

Mungkin sekarang pun sudah dalam bahaya.

Adrenna harap surat darinya bisa cepat diterima oleh Victor dan laki-laki itu segera membalasnya. Akan bagus jika Victor langsung putar arah kembali ke kediaman Erluck. Lebih baik Adrenna menulis surat beruntun. Semakin banyak pengirim semakin besar peluang satu surat sampai. Benar?

*tok tok tok

Sosok Hera muncul dari balik pintu. Dia membungkuk hormat saat melihat Adrenna sudah duduk di meja kerjanya sembari memainkan pena ditangannya.

"Nona. Tuan dan Nyonya serta tuan muda sudah menunggu di meja makan," ujar Hera.

"Aku tidak datang."

Hera menegangkan tubuhnya. Masih dengan senyum ia berkata. "Nyonya mengatakan, ini perintah."

Adrenna mengenggam erat pena ditangannya. Kata 'perintah' yang Hera katakan terdengar menganggu. Bisa saja kalimat itu bukan ibunya yang bicara tapi si kepala pelayan ini. Sejak pertama kali melihat Hera, Adrenna tahu jika perempuan ini senang mengatur Adrenna. Bersikap seenakanya dan merasa jika tindakannya benar. Adrenna tidak suka orang yang senang berasumsi yang tidak-tidak seperti Hera. Terlalu berisik baginya.

Tapi di sisi lain, kata 'perintah' itu bisa jadi sebuah peringatan. Bahwa ibunya--Amra memiliki beberapa kata mengenai rumor yang bersangkutan dengan Adrenna.

"Aku sedang tidak mau mendengar ceramahan apapun," ujar Adrenna ia kembali menulis surat.

"Tapi Nyonya mengatakan anda harus turun. Jika tidak Nyonya akan marah besar. Sebagai putri anda harus patuh pada perintah nyonya-"

"Berisik sekali kau," geram Adrenna.

*tuk tuk tuk tuk

Ujung pena yang ia gunakan untuk menulis kini mengetuk meja dengan tempo yang cepat. Hera langsung bungkam, ketukan pena itu cukup membuatnya terpojok. Apalagi tatapan marah Adrenna yang menyeramkan.

CHANGE THE SAME ENDING [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang