Sorry typo. Kalo ada typo berarti salah keyboard.
***
FAJAR SEBELUM HUJAN
***
Yang Adrenna takutkan adalah ia tak bisa pulang sebagai Elita. Tak bisa kembali menjalani kehidupannya yang lebih berwarna. Jauh dari ancaman nyawa walau hingar bingar kota selalu membuatnya jenuh.
Yang Adrenna takutkan adalah ia terus menjalin hidup berbahaya ini tanpa akhir bahagia. Ia tak mau depresi saat kembali nanti.
Ia ingin bertemu ayahnya--David. Ia ingin menemui sahabatnya--Rahayu. Ia ingin pulang.
"Adrenna, bangun? Hey?!"
Tapi ia juga tidak mau meninggalkan sisi nyaman dunia ini.
"Vi-ugh."
"Hey, are you oke?"
"Tenggorokan ... Sakit," Rajuk Adrenna.
"Sebentar."
Victor menahan dagu Adrenan agar terus menengadah. Tangannya yang lain mengelus leher Adrenna yang memerah dengan cap tangan yang samar. Ia mendapat laporan dari bawahan Nico jika penyusup telah masuk ke istana di dekat kamar Adrenna. Tapi ia terlambat, dua penyusup itu sudah tak bernyawa.
Victor Langsung mengendong Adrenna dan membawanya kembali ke kamar. Lalu Nico muncul bersamaan dengannya yang membukakan pintu.
"Tidak ada orang lain di sana. Hanya mayat itu saja," lapor Nico setelah menyelidiki kekacauan semalam secara sembunyi-sembunyi.
"Tidak mungkin Adrenna melakukannya sendiri. Cari saksi mata yang lain. Cepat!"
Nico menghela napas. Kakaknya keras kepala jika pekerjaan tidak sesuai dengan apa yang ia mau. Yah, Nico tau jika insting kakaknya ini tajam dan bagus luar biasa tapi terkadangkan ada errornya juga.
Ketika Nico akan berbalik, pelayan mengetuk pintu lalu muncul seseorang yang sudah lama tak pernah ia temui.
"Retta? Kenapa disini?" Tanya Nico dan mendapatkan lirikan kilat dari Victor.
"Aku ditugaskan untuk mempersiapkan penampilan nona untuk pemilihan putri nanti malam."
Di belakang Retta ada beberapa pelayan juga sebagai asistennya.
"Pemilihan sudah ditentukan?" Tanya Nico.
"Anda tidak tahu? Nona Adrenna terpilih sebagai putri mahkota," ujar pelayan yang berasal dari istana begitu judes dan kentara sekali tidak menyukai keluarga Bennad.
"Tapi ia terlihat tidak baik," tambahnya seraya melirik sinis pada Adrenna yang terlelap dan Victor di kasurnya.
"Yah, wajar sih," lanjutannya seolah kejadian ini sudah biasa. Calon ratu yang jatuh sakit sudah biasa.
Manja.
Victor menyengit dan mengenggam tangan Adrenna.
"Nic, Retta. Bawa semua orang keluar. Aku ingin sendiri bersama Adrenna," ujarnya.
"Tidak bisa-"
"Sebentar saja," potong Victor saat pelayan istana hendak melarangnya.
Ia tak mau ada yang menganggu waktunya. Apalagi saat tahu Adrenna akan segera lepas dari genggamannya.
"Dia akan menjadi milik orang lain,"gumamnya cukup jelas.
"KAKAK!!" bahkan Nico berteriak. Apa kakaknya akan semudah itu menyerah?
KAMU SEDANG MEMBACA
CHANGE THE SAME ENDING [SELESAI]
FantasiCheck bio to see other stories! *** Setahu Elita, game itu kaku. Gak punya kehidupan yang luwes seperti ini. Eh, kenapa dia bisa berubah menjadi Adrenna si tokoh game dan harus menjalani hidup yang rumit begini? Siapa sangka jika dirinya akan berg...