GABUT
***
Victor diam saat permukaan kapas yang basah karena alkohol mengenai luka lengannya. Setelah mengalami pertarungan sengit antara pedang dan bela diri tangan kosong. Semua berakhir karena tendangan Kaius dan pergerakan mengunci dari Adrenna yang berhasil membuat pertengkaran itu selesai tanpa jalan keluar.
Adrenna langsung membawa Victor ke ruang santai, masih di kamarnya. Dalam diam Adrenna mengobati luka goresan pedang yang tak bisa dielakkan. Victor Sekarang tak memakai baju atasannya tapi ada sehelai kain yang menutupi tubuhnya kecuali lengan kanannya yang terluka. Wajahnya babak belur belum tersentuh alkohol dan ia hanya bisa membisu. Memangnya apa yang harus ia katakan? Adrenna pasti sudah dengar semua.
Adrenna diam-diam melirik Victor karena ingin melihat reaksi pria itu saat lukanya terkena alkohol. Pasti perih. Minimal ia akan seperti orang cengengesan unjuk gigi, Tapi yang ada Victor terlihat seperti melamun melambung ke awan-awan. Adrenna biarkan saja. Ia melilitkan perban pada lengan Victor untuk menutupi luka.
Adrenna meraih wajah Victor agar menghadap padanya. Saat itu, netra keduanya bertemu. Mata Victor terlihat sangat lelah. Apa dia bergadang lagi? Atau tak bisa tidur lagi?
"Pastikan kau mengganti perbannya tepat waktu," kata Adrenna memecahkan keheningan.
"Jangan bertengkar lagi." Victor diam.
"Jika kau tidak mau berkata iya, setidaknya mengangguk. Aku bilang jangan bertengkar lagi," ujar Adrenna tapi Victor malah menggeleng.
"Aku hanya butuh 'iya' dari mu, Victor," gerutu Adrenna.
Victor tak menjawab. Ia langsung menjatuhkan kepalanya dipundak Adrenna. Tepat di ceruk lehernya. Memejamkan mata dan meriah pinggang Adrenna dengan tangannya yang terluka. Satu tangan lagi menopang tubuhnya yang tinggi dan condong agar tidak mendorong gadis manis ini agar tidak jatuh terbaring di sofa.
Adrenna balas memeluk Victor, tentu saja. Ia mengelus surai hitam Duke dan menepuk punggung lebarnya agar tenang.
"Kau tidak bisa tidur lagi?"
Victor mengangguk. Dalam dekapan Adrenna matanya masih terpejam. Rasanya kantuk Victor bisa datang kapan saja. Tangannya terangkat dan menunjukan dua jarinya.
"Dua? Dua hari tanpa tidur?"
Victor mengangguk.
"Makan?"
Gelengan kembali ia dapatkan.
"Kopi," ujar Victor dengan suara beratnya.
"Kau tahu itu tidak baik kan?! Kenapa kau melakukan itu?" Semprot Adrenna.
Victor hanya mengeratkan pelukannya.
'Karena aku? Maksudnya karena aku? Dia menyalahkan ku?' batin Adrenna mulai barbar. Adrenna menghela napas guna memenangkan diri. Karena tidak bersuara lagi, Victor memindahkan kepalanya pada sandaran sofa. Ia dan Adrenna saling bertatapan beberapa menit. Hingga Adrenna kembali mengobati luka memar di wajah Victor.
Para perempuan bangsawan itu akan meringis saat melihat wajah tampan ini babak belur sekarang.
Victor memejamkan matanya saat merasakan dinginnya kain yang membungkus satu kantung kecil es. Adrenna merubah posisi duduknya dari serong ke arah Victor kini lurus dan bersandar di samping kepala Victor setelah membawa sebuah buku.
"Apa yang membuat mu bertengkar dengan pangeran?"
Victor berdeham sejenak kemudian beranjak ke sofa yang lebih panjang.
"Aku hanya meminta agar ia mencabut Kaius dari jabatannya sebagai pendamping mu sampai pemilihan berakhir."
Victor merebahkan dirinya. Mengabaikan wajahnya yang ngilu karena tertekan pada bantalan sofa.
"Dan meminta padanya agar tidak melibatkan mu terlalu jauh."
Adrenna mengangkat sebelah alisnya saat Victor hanya diam beberapa menit.
"Semua akan berakhir setelah pemilihan. Aku juga akan pulang setelahnya. Jadi jangan terlalu mempermasalahkannya," ujar Adrenna.
Victor berdecak karena kesal kenapa Adrenna setenang itu dalam menghadapi bahaya untuk dirinya sendiri. Victor memalingkan wajahnya membelakangi keberadaan Adrenna.
***
Ketika bangun Victor mengerjap saat ia sudah sadar ternyata ia tertidur selama menggerutu mengenai Adrenna. Perlahan ia bangkit duduk dan meregangkan otot-ototnya. Kamar Adrenna sudah cukup terang benderang. Beberapa lilin sudah menyala. Mungkin pelayan yang melakukan semua ini.
Victor mendesah pelan. Ini pasti akan menimbulkan rumor baru. Seorang Duke berduaan dengan putri bangsawan di kamar saat acara pemilihan. Ia bisa dianggap sebagai pengkhianat. Hidup sebagai pengganti Victor yang lama apa memang seperti ini? Selalu terlibat rumor. Sungguh tidak kreatif dan inovatif dunia game ini. Orang-orang mudah termakan omong kosong, semua serba gosip-sip-sip prett.
Ya sudah nanti ia pikirkan.
Victor beranjak dan menyingkirkan buku di pangkuan Adrenna. Sepertinya gadis manis ini menunggu dirinya bangun dengan menyibukkan diri membaca buku pelajarannya. Ketika dilihat lebih teliti semua yang Adrenna baca berkaitan dengan pemerintah negara, sistem kemiliteran bahkan geografi dan tata letak negara.
Apa dia kesulitan dalam pelajaran seperti ini? Batin Victor menyesal tidak mencari tahu kebutuhan Adrenna terlebih dulu. Ia malah memilih menerima permintaan mengajar Franda tanpa pikir panjang. Kadang otak yang ia gunakan Sekarang tidak sebagus otak yang ia miliki sesungguhnya.
Apa kabar dengan tubuhnya ya?
Ah sudah!!!
Victor langsung menggendong Adrenna, si gadis bergumam tidak jelas karena merasa terganggu. Lalu membaringkannnya di kasurnya. Menyelimuti perempuan cantik yang memikat hatinya dengan begitu lembut. Victor tidak langsung beranjak. Ia duduk ditepi ranjang dan merapihkan anak rambut yang menghalangi wajah Adrenna. Ia jadi teringat pembicaraan dengan Ihayla.
"Apa yang harus dibicarakan soal mimbar itu?"
Ihayla tersenyum.
"Tidakkah anda marah? Dewi kemungkinan akan kembali menjadi ratu. Jika memang Dewi seorang yang memutar waktu atau reinkarnasi kemungkinannya ada dua. Untuk merubah takdirnya atau mengulang kisah yang sama."
"Itu seperti di buku-buku. Mustahil Adrenna kembali ke masa lalu," sanggah Victor.
"Maka fakta yang logis disini, nona Adalah reinkarnasi juga," ucap Maro.
"Tapi reinkarnasi siapa?" Kini Nic yang bersuara.
Snanta yang sejak tadi diam, ikut mengepal tangannya. Gemas ingin ikut bicara. Tapi tuannya tidak memberi izin ikut campur.
Semua orang diam.
"Yang penting, kau Duke!" Maro menunjuk Nico. Karena ia tidak berani menunjuk langsung pada Duke yang sebenarnya jadi di wakilkan pada Nico. Itulah kenapa Victor menatap Maro datar. Ini bukan pertama kali. Mungkin sudah dua atau tiga kali.
"Kau, apa kau ingin Nona menjadi Ratu?"
Nico yang isengnya sedang kambuh melirik Victor dan segera merapihkan penampilannya. Duduk tegap dan memasang wajah tegas yang mirip dengan Victor.
"Jelas tidak."
"Lalu apa yang harus anda lakukan?"
"Mengagalkan naiknya Adrenna ke tahta Ratu," jawab Nico berturut-turut.
Keduanya tertawa, sedangkan Ihayla terkekeh. Victor sendiri hanya memutar bola matanya jengah.
"Salah satu caranya memang digagalkan. Tapi tuan Kaius selalu hampir 24 jam menjaga nona. Jadi sangat sulit untuk berbicara banyak dengan nona."
"Sebaiknya kakak hati-hati saja. Kaius itu berbahaya."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
CHANGE THE SAME ENDING [SELESAI]
ФэнтезиCheck bio to see other stories! *** Setahu Elita, game itu kaku. Gak punya kehidupan yang luwes seperti ini. Eh, kenapa dia bisa berubah menjadi Adrenna si tokoh game dan harus menjalani hidup yang rumit begini? Siapa sangka jika dirinya akan berg...