CHANGE THE SAME ENDING 63.

728 91 7
                                    

^^^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


^
^
^

Itu, picture-nya mas Haris. Adakan? Liat kan? Ganteng kan?

Mas Haris emang pake kacamata. Tapi pas interview kerja sih enggak sebenarnya. Tapi semenjak diangkat jadi asisten serba guna Magan dan jadi korban teman lembur sepanjang masa, akhirnya mas Haris harus beli kacamata biar gak makin parah rabun dekatnya. 

Gittu

***

DIKIRA IKON BARU ENTERTAINMENT

***

Elita turun dari taksi dengan menggunakan payung putihnya. Dengan perlahan mobil kuning itu pergi meninggalkan Elita yang masih mematung di depan gedung pencakar langit dengan logo Ghena entertainment. Dari luar terlihat meja resepsionis yang kosong. Kenapa Elita disini? Ikut audisi?

No!!

Elita tidak tertarik masuk dunia hiburan. Ia hanya sedikit membantu Bos mereka. Ia datang untuk menemui Magan. Tadi pagi, sekitar jam 5, Magan menelponnya. Ia perlu satu setel jas dan juga sarapan. Dengan baik hati Elita menawarkan diri untuk mengirimkannya pada Magan.

Ngomong-ngomong, tak terasa hubungan baik Elita dan Magan berjalan begitu lancar. Mereka semakin dekat tanpa status pacaran. Ini sudah satu bulan dan ini bukan pertama kalinya Magan meminta bantuannya.

Awalnya ia tidak tahu jika ia harus datang ke sini di tengah hujan padahal ini masih jam 6 pagi. Magan mengatakan jika ia tak punya waktu untuk kembali ke apartemennya atau sekedar mencari sarapan pun tidak. Magan akan menggelar rapat virtual dengan beberapa rekan bisnis--katanya-- entah dari belahan bumi bagian mana tapi mereka tak peduli jika disini malam atau pagi buta. Karena Magan baru kembali dari Singapura dan Jepang, ia tak bisa pergi ke tempat lain lagi karena harus mengurus persiapan meeting bersama Haris.

Jadi ... Yah ... Elita tunduk. Rasa kasihanya berkoar. Toh ia tidak ada kelas, niatnya juga habis mengantarkan jas dan sarapan, Elita akan pergi mengajak Rahayu ke Timezone. Healing ke keramaian gitu. Biar bahagia.

Elita melipat payungnya, lalu masuk. Masih di ambang pintu Elita mencari tempat menyimpan patung. Mana mungkinkan ia di biarkan masuk membawa payung basah. Airnya menetes-netes, jika ada yang terpeleset bagaimana. Untunglah tempat menyimpan payung itu ada di dekat pintu jadi ia tak perlu membawa jauh payung basahnya.

Lobby masih sepi. Mungkin karena masih sangat pagi.

"Em, permisi," Elita sedikit berjinjit untuk melihat si resepsionis.

Bukan mejanya yang sangat tinggi. Tapi sangat lebar yang jadi masalah.

Seorang laki-laki berdiri dengan sopan.

CHANGE THE SAME ENDING [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang