PESAN ANAK KECIL.
***
Suara ricuh di luar menyambut Adrenna dan rombongan dari dalam Panti asuhan. Senja sudah muncul dan tinggal seperempat menuju tenggelam tapi anak-anak masih bermain di luar karena ingin melihat kepulangan tamu mereka.
Adrenna menerima sebuah kerajinan mahkota bunga dari jerami yang dihiasi bunga liar. Sejenis bunga yang tidak berbahaya hanya jenis yang banyak ditemukan di alam.
"Cantiknyaaaa!!!" Seru heboh para anak perempuan sambil melompat girang.
Adrenna hanya tertawa melihat reaksi lucu mereka. Rainer dan Deris menghampiri Adrenna bersama Victor. Kedua anak laki-laki itu sudah akrab dengan semua anak panti. Mungkin karena ada Deris jadi semua bisa dekat. Rainer juga lebih manusiawi dan tidak pemalu seperti sebelumnya.
"Kereta sudah hampir siap. Snanta akan tinggal sampai besok untuk mengamati interaksi pelaku malam ini," ujar Victor.
" Terima kasih atas bantuannya. Aku harap masalah ini segera selesai."
Victor mengangguk dan menatapnya lama. Cantik sekali astaga, anak manusia satu ini.
"Kau serius soal investasi di panti ini? Kau sedang bekerja untuk ku dan berperan sebagai kekasihku. Kau jangan lelah."
"Aku hanya akan mengurus sedikit banyak tumpukan kertas. Sama seperti dirimu. Lagi pula hanya sementara. Sampai Deris mampu."
Adrenna berencana mengawasi kinerja panti sambil mempersiapkan Deris mengambil alis tanggung jawab kepemilikan tempat ia tinggal dulu. Jored juga setuju dan akan mengusahakan untuk membersihkan semua sistem pengelolaan panti dan menerapkan semua ketentuan yang telah mereka diskusikan tadi.
Apalagi setelah tahu pengurus panti dan beberapa donatur memainkan dana panti. Jored jadi semangat membasmi semua hama seperti hama di kebun rumahnya.
Victor tersenyum pada Adrenna. Sudut matanya menangkap seorang anak perempuan bergaun putih corak ungu pastel sebelum berpaling. Ia ingat, gaun itu yang Adrenna beli dari selatan. Jadi anak ini yang menerimanya.
Anak itu memiliki mata yang bulat menggemaskan. Tubuhnya memang kurus tapi ia cukup lucu dan menarik untuk Victor. Ia berjongkok dan meraih tangan kecil itu. Kulitnya agak kusam, sialan pengurus panti itu benar-benar makan gaji buta.
"Adrenna lihat. Aku ingin anak selucu dirinya," ujar Victor.
Adrenna sempat terkejut tak percaya Victor tiba-tiba berkata demikian. Lalu ia menatap malas laki-laki berjulukan bengis itu. Dari kerlip jahil di matanya Adrenna rasa Victor sangat jauh dari kata kejam. Pikiran soal membantai atau membunuh orang langsung enyah seketika.
"Buatlah," ceplosnya.
"Dengan gadis yang kau incar. Atau dengan Steffany. Dia akan sangat girang," tambah Adrenna dengan cepat sebelum Victor buka suara.
Victor menelisik wajah anak perempuan itu dan juga Adrenna secara bergantian. Ia berdiri dan menggenggam tangan Adrenna dan anak perempuan itu juga dengan kedua tangannya.
"Tapi sepertinya aku bisa mendapatkanya jika kau menjadi ibu dari anak ku nanti," Victor mendekat ke telinga Adrenna.
"Kalian cukup mirip. Apalagi hidung mungil kalian. Bibir juga."
Adrenna langsung memukul pipi Victor agar menjauh. Untungnya Adrenna tipe orang yang membanggakan apa yang ia punya. Ia sangat mengakui jika dirinya cantik, matanya indah, bulu matanya lentik, kulitnya putih dan halus, hidungnya mancung, dan bibirnya mungil tapi menambah kesan menawan Adrenna.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHANGE THE SAME ENDING [SELESAI]
FantasyCheck bio to see other stories! *** Setahu Elita, game itu kaku. Gak punya kehidupan yang luwes seperti ini. Eh, kenapa dia bisa berubah menjadi Adrenna si tokoh game dan harus menjalani hidup yang rumit begini? Siapa sangka jika dirinya akan berg...