PERPUSTAKAAN
***
Adrenna memegangi topi besar yang ia kenakan dalam perjalanan putri mahkota kali ini. Memang selalu ada agenda mengunjungi beberapa kota untuk melakukan pengamatan dan menggali informasi apa saja yang beredar di wilayah tersebut. Adrenna mengenakan gaun sederhana namun cantik dengan bagian kerah berenda dan tali pita. Sepatunya berbahan beludru, ia ditemani oleh seorang pelayan yang menjelma menjadi rekannya dalam penyamaran kali ini.
Adrenna mendatangi perbatasan barat. Ia menghela napas dan tersenyum kecil saat melihat pedagang buah yang merupakan tempat pertemuan pertamanya dengan Victor. Dulu pria itu sangat rapih memainkan peran sebagai pria dingin seperti deskripsi singkat di game. Tapi ternyata dia hanya pria normal yang ekspresif.
Hari ini Adrenna tidak berniat untuk berbelanja. Ia hanya akan berkeliling sambil menikmati waktu luangnya. Ia punya waktu dua hari di kota ini. Adrenna juga menyusuri jalan menuju pemukiman kumuh tempat asal mula tragedi penculikan itu terjadi. Dengan agak ragu memilih persimpangan, akhirnya Adrenna tiba di alun-alun kecil itu.
Suasananya masih sepi. Hanya ada satu anak yang tertidur di atas bangku dengan dipayungi oleh tenda kecil dari kain. Ia sedang menikmati nyamannya pagi hari ditengah cuaca yang cerah. Lalu, dari pintu tak jauh di sana, muncul anak laki-laki lain seraya membawa tas dan pergi bersama anak yang rebahan tadi.
Satu alis Adrenna terangkat, sandang mereka lebih layak sekarang. Mungkin banyak yang menyumbang barang-barang kepada mereka sekarang ini, selain Victor tentu saja. Tapi kemana mereka akan pergi? Adrenna pun mengikuti dua anak laki-laki itu secara diam-diam.
Anak-anak itu berjalan tenang dan sesekali tertawa sambil kejar-kejaran. Bercanda, dan curiga juga. Karena mereka beberapa kali menoleh kebelakang. Dua anak ini bertemu dengan seorang anak perempuan dan satu anak laki-laki lainnya di depan rumah yang berbeda-beda. Sepertinya mereka akan melakukan sesuatu bersama.
Adrenna terus mengikuti mereka tanpa menyadari jika pelayan yang menemaninya sudah tak ada di belakang Adrenna. Dimana pun ia berada masalah memang menghantuinya.
Adrenna terus mengikuti empat anak-anak itu dan berakhir di depan gerbang hitam yang terbuat dari besi. Ia tercengang saat melihat bangunan persegi panjang dengan jendela besar yang terbuka menunjukan banyak anak-anak yang duduk di bangku dan mendengarkan seorang wanita yang menunjuk papan tulis.
Mereka sekolah?!
Adrenna kaget tapi juga terharu. Mereka sekolah! Padahal awalnya ini hanya bangunan tempat Adrenna menghajar pria yang menipunya dulu. Adrenna mengedarkan pandangannya dan menemukan karavan yang dulu ia lihat kini menjadi bagian dari taman bermainnya. Ini menakjubkan.
"Permisi, nyonya?"
Adrenna mendapati seorang wanita bergaun biru tersenyum saat dirinya menoleh.
"Apa anda datang kemari untuk menjemput putra anda?"
Putra? Beo Adrenna dalam hati. Lalu ia baru menyadari jika banyak wanita bangsawan disini. Tapi apa penampilannya setua itu sampai dianggap sudah memiliki putra?
"Tidak, Nyonya. Saya hanya sedang berjalan-jalan dan tersesat. Lalu saya menemukan sekolah ini. Ini menakjubkan, dulu ini hanya ruang sempit dan sepi."
"Benar, nyonya. Bangsawan yang mulia telah meruntuhkan tembok itu dan ternyata ada lahan luas dibelakangnya yang terdiri dari beberapa reruntuhan rumah. Wilayah itu terblokir karena dirumorkan bekas pembunuhan berantai, tapi setelah diselidiki, itu hanya rumor kosong. Jadi didirikanlah sekolah untuk anak-anak."
KAMU SEDANG MEMBACA
CHANGE THE SAME ENDING [SELESAI]
FantasíaCheck bio to see other stories! *** Setahu Elita, game itu kaku. Gak punya kehidupan yang luwes seperti ini. Eh, kenapa dia bisa berubah menjadi Adrenna si tokoh game dan harus menjalani hidup yang rumit begini? Siapa sangka jika dirinya akan berg...