Hay, cerita ini mungkin akan mengalami keterlambatan update atau bahkan perubahan jadwal update yang tak menentu.
Alasannya, rahasia.
Yang udah nunggu makasih banyak. Yang cuma mampir juga doain semoga bisa narik perhatian kalian lagi nanti.
Thanks dukungannya. Sorry typonya. Tenaga gw lima watt.
See ya!***
PERTENGKARAN NICO DAN ERWIN.
***
Bajingan?
Nico berkacak pinggang menatap Erwin marah. Kenapa jadi dirinya yang dipanggil bajingan? Padahal yang berbuat salah itu Erwin dan yang harusnya marah adalah dirinya?
"Siapa yang membawa mu kemari? Seharunya keluarga kita tidak terlalu dekat," ujar Erwin.
"Apa itu penting?" Erwin memutar bola matanya jengah.
Nico baru tahu jika kejadian saat itu meninggalkan kenangan buruk bagi Erwin, ya.
"Sebaiknya kau pergi dari rumah ini. Jangan pernah melibatkan keluarga ku dalam pemainnan bodoh mu!" Erwin membentak.
"Hey! Yang kau sebut permainan bodoh ini apa, Ha?! Jangan asal bicara! Kau tak tahu apa-apa!" balas Nico tak kalah nada tingginya.
"Tak tahu apa-apa? Setelah aku memergoki mu menuduh dan hampir membunuh orang yang tak bersalah, kau bilang aku tak tahu apa-apa?!" Erwin menjeda. Sontak ia tertawa seperti orang yang hilang kewarasan.
"Hey, Tuan muda Bennad. Sekarang aku tahu siapa dirimu. Keluarga mu adalah anjing penjaga raja. Harusnya kau taat pada titah baginda, kenapa kau berkeliaran di negeri ini mencari seseorang yang entah siapa, dengan kedok kebaikan?"
Erwin menggeleng. Merasa prihatin dengan kondisi Nico.
"Sepertinya kau harus pergi ke tabib. Otak mu sedikit bergeser," katanya.
Nico berdecih sebal. Sumbu amarahnya berhasil tersulut. Tangan yang mengepal erat, kini sudah di selimuti api biru yang tipis. Rasanya Nico ingin membakar Erwin sekarang juga. Jelas laki-laki yang lebih tua darinya itu hanya bicara bisa sembarangan. Nico tahu baik dia atau Erwin sama-sama terlibat dendam pribadi atas pertemuan mereka. Nico ingin sekali menghantam wajah tampan Erwin.
"Penipu seperti mu memang tidak akan pernah mengerti. Kau hanya melihat sekilas. Sepertinya adik perempuan mu lebih cerdas," ujar Nico, ikut memancing. Ikan? Bukan.
Tangan Erwin langsung mencengkeram erat gagang pintu kamarnya. Erwin menatap tajam pada Nico. Seolah ia sedang menguliti orang itu secara perlahan. Lalu menyiramnya dengan air lemon kalau ada. Hmm ... bayangkan jeritan melengking itu.
"Kenapa kau membawa-bawa Adrenna? Berani sekali dirimu," kata Erwin.
"Yaahh~ bagaimana mengatakannya, ya. Nona Adrenna itu begitu baik hati jadi ia mempersilahkan aku menginap sebelum kegiatan rutin kami lusa ..." Nico berjalan santai dan mendekat pada Erwin.
"Dia susah bergabung dengan ku. Asal kau tahu itu," bisik Nico tepat di telinga Erwin.
Dengan secepat kilat, Erwin mengeluarkan pedang dari kekuatan sihirnya. Pedang itu bergerak berencana menebas perut Nico. Tapi sayang, lawannya langsung menghindari jauh.
"Itu berbahaya!" Pekik Nico. Tapi seringainya tidak hilang.
"Tuan Muda Erluck, Kenapa kau menipuku menjadi seorang gelandangan?" Tanya Nico.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHANGE THE SAME ENDING [SELESAI]
FantasyCheck bio to see other stories! *** Setahu Elita, game itu kaku. Gak punya kehidupan yang luwes seperti ini. Eh, kenapa dia bisa berubah menjadi Adrenna si tokoh game dan harus menjalani hidup yang rumit begini? Siapa sangka jika dirinya akan berg...