Bab 1

2.4K 106 1
                                    


Sore itu cuaca sangat cerah, dengan semilir angin yang membuat suasana begitu sejuk. Seorang gadis sedang begitu serius memandangi sesuatu dihadapannya. setelah beberapa saat ia menghembuskan nafasnya dengan berat seraya menggerutu.

"mengapa kucing itu selalu merusak tanamanku! Apa gak ada yang lain apa yang bisa dimainin selain tanaman aku" gerutu sang gadis

"tata tunapa?" (kakak kenapa?)

Ia terkejut kemudian berbalik dan menemukan dua adik kembarnya sedang menatapnya dengan tatapan yang polos.

"ini kucing kamu ra, selalu aja ngerusakin tanaman aku tau"

"tapi itu butan moci tata" (tapi itu bukan moci kakak) bantah salah satu adiknya.

"terus siapa lagi ri? Aku pernah liat sendiri ya moci lagi cakar-cakar tanaman aku sampe rusak!" ujarnya seraya melayangkan tatapan judesnya.

"potonya butan moci"(pokoknya bukan moci)

"moci!!"

"butan!!, mamiii"(bukan)

Kedua adiknya pun berlari kedalam rumah sambil berteriak teriak memanggil maminya.

Melihat kedua adiknya berlari masuk kedalam rumah setelah berdebat dengannya, ia sudah tau adik-adiknya pasti akan mengadu pada mami mereka.

"pasti ngadu yang nggak-nggak nih anak dua"

Tidak lama terdengarlah suara nyaring dari dalam rumah, sang ibunda ratu tentu yang berteriak.

"kariiin, kenapa sih gangguin adiknya terus"

"iya mii.. I'm so sorry"

Karin memandang tanamannya dengan tampang pasrahnya, kembali mengalah karna kelakuan adiknya yang super manja itu.

Karenina geraldi, gadis yang sekarang berusia 21 tahun itu biasa dipanggil Karin oleh orang-orang disekelilingnya. Ia punya dua adik kembar yang menurutnya sangat menyebalkan. Namanya karamina dan karina. Iya, memang nama mereka semirip itu, entah mungkin kedua orang tuanya bingung mau memberikan nama apa lagi pada anaknya.

Sedang asik memotong daun yang sudah tercabik-cabik, Karin menoleh saat mendengar suara motor memasuki halaman rumah. Seorang laki-laki turun dari motor dan mendekatinya sambil memasang ekspresi jahilnya. Karin memutar bola mata malas. Sungguh penderitaannya tidak kunjung selesai.

"eh adiknya abang yang paling cantik, lagi ngapain sendirian aja disitu" benar saja suara dengan nada penuh kejahilan muncul berbarengan dengan sang tersangka yang kemudian jongkok disampingnya.

Satu makhluk lagi yang buat Karin selalu banyak-banyak bersabar, abangnya yang super duper jahil dan usil, ibram namanya. Biasanya kalau lagi kena usilan abangnya itu satu-satunya perlindungan Karin ya Cuma merengek pada papi tersayangnya.

Melihat sang adik hanya diam, ibram menoel-noel pipinya dengan kunci motor.

Karin yang sedang malas meladeni abangnya pun hanya menoleh sekilas dengan tatapan super judes miliknya.

"eits, galak banget sih, ntar gak cantik lagi loh dek" ujar ibram seraya menaik turunkan alisnya. Jangan lupakan bibirnya yang sedang menampilkan senyum cengengesannya.

"biarin ah, rese. Jangan gangguin Karin lagi badmood"

"kenapa sih? Haha abang tau pohonnya dicakar-cakar lagi ya sama si moci?? Kan abang bilang juga apa, goreng aja udah si moci" ujar ibram setelah menyadari tanaman yang dirawat adiknya itu sudah tak terbentuk.

"abang yang mau makan?"

"gak lah, kamu kasih aja ke dua krucil itu, paling kata mereka (ini memang paling enak banget) hahaha" ibram terbahak dengan lelucon yang menurutnya sangat lucu, ia membayangkan dua adik kecilnya sedang memakan kucing goreng dengan ekspresi lucu mereka.

Forgiven (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang