Happy reading..
"Dasar tidak tahu malu, perempuan tidak punya harga diri. Lihat pi apa yang dia ajarkan pada putrinya. Belum puas menghancurkan rumah tangga orang, dia juga mengajarkan putrinya untuk berbuat tidak sopan pada Karin" Anisa menumpahkan semua emosinya yang dipendam sejak tadi.
Saat melihat Karin yang di olok-olok oleh Valerie tadi, ingin rasanya Anisa maju dan menjambak rambut kedua wanita perusuh itu. Bahkan jika tidak ingat ada Kara dan Kari bersamanya. Anisa pasti sudah maju dan mencakar wajah Valerie yang menurutnya sangat menyebalkan itu.
Anisa sangat bersyukur Karin dapat menghadapi situasi tersebut dengan tenang. Itu bisa menunjukan pada Dimas dan keluarganya jika Karin tidak selemah yang mereka kira.
Arya dan Anisa kini sedang duduk diruang tengah hotel yang disewanya saat Karin keluar dari kamar membawa koper dan juga tasnya. Setelah kejadian tidak terduga diacara Geana tadi, Karin langsung bergegas mengajak Arya dan Anisa pergi dan hanya mengirimkan pesan singkat pada Geana jika mereka harus segera pergi karena ada suatu hal.
Untung saja Geana mengerti bagaimana keadaan Karin dan memakluminya. Geana tidak tau siapa dan bagaimana rupa ayah Karin yang sebenarnya karena memang Karin tidak pernah menunjukan fotonya. Lagi saat Geana diajak Karin mengunjungi rumahnya di Karawang pun ia tidak sempat melihat-lihat foto karena Karin kedatangan tamu saat itu.
Karin menghampiri Arya dan duduk disampingnya, Arya langsung merangkulnya dan memeluk Karin dari samping.
“Papi, kita pulang sekarang aja yuk. Karin sudah pamit sama Geana lewat telpon barusan. Lagian besok Karin mesti masuk kerja, jadi yuk pulang sekarang aja”
Tidak ada pilihan selain menuruti keinginan Karin. Arya bahkan memang tidak ingin Karin pergi ke Bandung lagi setelah kejadian terakhir yang membuatnya sampai kalap menghajar Dimas. Tetapi Karin bersikukuh karena merasa tidak enak pada Geana dan juga kedua orang tuanya yang sudah mengundang mereka.
“Kalau begitu papi siap-siap dulu beresin tas ya. Tunggu papi disini sayang”
Setelah membereskan barang bawaan mereka dan juga Check out dari hotel, mereka segera pergi dari hotel dan kembali ke Jakarta. Sepanjang perjalanan Karin tidak banyak bicara, hanya sesekali menjawab jika diajak bicara oleh Anisa dan kedua adiknya.
=
Berbeda dengan keadaan Karin yang terlihat tenang. Valerie kini sedang mengamuk didalam kamarnya dan membanting semua benda yang ada dalam jangkauannya. Valerie merasa amat marah saat Karin yang ia kira akan menciut ketakutan dan memohon-mohon padanya justru malah terlihat tidak terganggu dan balik menantangnya.
Valerie tidak suka jika ada orang mengintimidasinya dengan menggunakan keluarganya. Valerie selalu hidup dalam kenyamanan dan kebahagiaan, maka dari itu saat kedua hal tersebut terancam di usik oleh sesuatu maka Valerie akan sangat marah dan ketakutan.
Valerie sudah melihat sendiri bagaimana kondisi keluarganya belakangan ini, percekcokan antara kedua orang tuanya, dinginnya sikap Dirga, dan juga belakangan kelakuan gila kerja papanya yang tidak tahu waktu sampai sering melupakan keberadaannya. Dan Valerie menyimpulkan jika itu semua terjadi saat nama Karin mulai disebut-sebut oleh papa dan juga abangnya.
Jasmine yang melihat keadaan kamar putrinya yang seperti kapal pecah sangat terkejut, ditambah keadaan Valerie yang kini tampak berantakan dan juga sangat marah. Jasmine masuk dan mencoba mendekati Valerie yang kini sedang duduk bersandar di ranjang.
“Sayang, Valerie jangan begini nak. Gak akan terjadi apapun pada keluarga kita, percaya sama mama kita akan baik-baik saja seperti biasanya. Jangan kamu pikirkan perkataan anak itu, dia hanya mencoba menggertak kita karena merasa kesal. Sayang, ayo mandi dulu nanti mama bantu bereskan kamarnya ya sayang. Valerie ayo nak”
KAMU SEDANG MEMBACA
Forgiven (End)
General FictionKarin begitu ia disapa, sekilas semua orang melihat kesempurnaan di hidupnya. Cantik, pintar dan dikelilingi dengan anggota keluarga yang begitu harmonis dan saling mengasihi. Tetapi, dibalik semua kesempurnaan itu ia hanya seorang gadis yang kesepi...