Happy reading..
“Jen, sebenarnya Karin kenapa? Dia pernah depresi waktu kecil?”
Masih didalam mobil diperjalanan pulang dari rumah sakit. Erisa, ibunya Jendra menanyakan kondisi Karin yang sebenarnya. Tadi saat Anisa baru saja memasuki kamar inap Karin, ia mendengar Anisa berkata jika Karin depresi dan traumanya saat kecil dulu belum sembuh.
Karena memang tidak tau apa-apa dan merasa penasaran, akhirnya Erisa memberanikan diri bertanya pada Jendra. Karena sepertinya Jendra mengetahui sesuatu tentang Karin yang tidak ia beritahu pada mereka selaku orang tuanya.
Jendra mencoba menormalkan ekspresinya. Selama ini Jendra masih mencari waktu yang pas untuk memberitahukan perihal masalah ini pada kedua orang tuanya. Ia berencana akan memberitahu kedua orang tuanya setelah ia berbicara pada Karin dan meyakinkan gadis itu jika ia memang serius dengan hubungan mereka.
Tapi kini sang ibu sepertinya menyadari semuanya lebih dulu setelah melihat langsung bagaimana kondisi Karin tadi. Apalagi tadi Anisa sempat menangis dan mengatakan masalah trauma yang dialami Karin didepan kedua orang tuanya.
“Jendra bingung apakah pantas jika Jendra yang memberitahukan ini langsung pada mama dan papa. Sebelumnya Jendra berpikir akan membicarakan ini setelah Jendra bisa meyakinkan Karin. Tapi sekarang mama lebih dulu mengetahuinya”
Erisa makin mencondongkan badannya kedepan karena posisi Jendra yang sedang mengemudi. Sementara Davis hanya diam mendengarkan pembicaraan Jendra dan istrinya di kursi samping kemudi.
“Kami orang tua kamu, kenapa harus bingung dan ragu? Lagian kamu beneran serius sama Karin kan? Masa hal sebesar ini gak langsung kamu kasih tau kami sih Jen?”
Jendra menggaruk keningnya bingung harus bagaimana, jika ia tetap diam pasti Erisa akan terus menerornya. Sedangkan jika ia bicara, Jendra takut kedua orang tuanya jadi tidak menyetujui hubungannya dengan Karin.
“Beritahu saja Jen, jika Karin bisa sembuh kami gak akan menghalangi hubungan kalian. Lagian selama ini Karin selalu bertingkah baik didepan kami. Karena sesuatu yang sudah terjadi dimasa kecilnya tidak membuatnya menjadi seorang yang tidak baik dan tidak sopan” Davis sudah angkat bicara, sebagai seorang ayah yang cukup dekat dengan anaknya. Davis tau jika saat ini Jendra mencemaskan hubungannya dengan Karin.
“Masalahnya, Karin bahkan belum tahu kalau Jendra juga mengetahui perihal trauma dan kejadian yang menimpanya saat kecil dulu. Jadi, Jendra merasa bersalah jika langsung beritahu mama sama papa”
“Percaya sama mama, Karin gak akan kecewa sama kamu. Justru jika nanti dia tau kami belum kamu kasih tau tentang masa lalunya, dia akan merasa ragu untuk melanjutkan hubungannya sama kamu. Kamu gak mau kan Karin makin mundur menjauhi kamu?”
Erisa dan segala ancamannya selalu bisa membuat suami dan anaknya merasa was-was. Jika sudah seperti ini bisa dipastikan jika Jendra pasti akan bicara. Karena Erisa sangat yakin dengan semua ucapannya tadi.
“Karin ditinggal kedua orang tuanya saat masil kecil, umurnya baru tujuh tahun saat itu”
Erisa yang baru mendengar kalimat awal saja sudah memasang ekspresi terkejut bukan main, karena selama ini yang ia tahu Arya dan Anisa adalah orang tua kandung Karin.
“Loh jadi mas Arya sama mbak Anisa bukan orang tuanya?” Jendra mengangguk membenarkan ucapan sang mama.
“Om Arya kakak dari ibunya Karin. Mereka yang membawa Karin pulang dan membesarkannya seperti anak kandung”
“Orang tuanya Karin meninggal? Kenapa bisa langsung dua-duanya, apa kecelakaan?” Jendra memandang Erisa dari kaca spion tengah, mamanya ini memang benar-benar. Bukannya mendengarkan ia bicara sampai selesai dan baru berkomentar, tapi malah selalu memotong ucapannya dan mengomentari setiap kata yang didengarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forgiven (End)
General FictionKarin begitu ia disapa, sekilas semua orang melihat kesempurnaan di hidupnya. Cantik, pintar dan dikelilingi dengan anggota keluarga yang begitu harmonis dan saling mengasihi. Tetapi, dibalik semua kesempurnaan itu ia hanya seorang gadis yang kesepi...