Happy reading..
Anggap aja Thr buat kalian heheDisebuah rumah mewah nan asri dikota Lembang hanya ada kesunyian yang terlihat sedikit mencekam bagi yang melihatnya dari luar. Seperti tidak ada tanda-tanda bahwa rumah itu sedang dihuni oleh manusia. Didalam rumah pun tidak jauh berbeda dengan diluar, bahkan dengan ditambah beberapa lampu yang dimatikan menambah suasana sunyi itu kian nyata.
Jasmine keluar dari dalam kamar dan tidak menemukan seorang pun anggota keluarganya berada disana. Setelah berkeliling rumah dan mengayunkan langkahnya kebagian beranda samping, barulah ia menemukan suaminya yang sedang duduk termenung seorang diri. Setelah memantapkan hatinya Jasmine mulai berjalan mendekat dan kemudian merangkul bahu Dimas disertai dengan usapan lembut.
“Kok sendirian aja pah?” Seakan masih asyik dengan dunianya sendiri, Dimas sama sekali tidak menjawab pertanyaan Jasmine dan hanya menoleh singkat memandang istrinya itu.
“Aku tau ini berat untuk kamu, tapi kita bisa melanjutkan hidup kita seperti dahulu kan mas? Apa yang sebenarnya kamu risaukan?” Memandang tajam Jasmine disampingnya, Dimas melepaskan rangkulan sang istri dari bahunya.
“Apa yang saya risaukan? Sebenarnya apa isi kepalamu itu Jasmine?! Kamu berkata seakan-akan kita tidak pernah melakukan sesuatu hal yang begitu kejam pada orang lain” Jasmine tersulut emosi, Dimas kembali mengingatkannya akan kesalahannya belasan tahun yang lalu. Ia kira dengan semua yang sudah mereka lalui tidak akan ada lagi pembahasan tentang masa lalu itu.
“Kamu sebenarnya kenapa sih mas? Kita sudah melalui semuanya belasan tahun yang lalu, tapi cuma karena kamu bertemu sekali dengan Karin, kamu jadi sampai seperti ini. Aku istrimu! Kamu harus mementingkan aku dan anak-anak mas! Kami yang membutuhkan semua perhatianmu!” Dimas tertawa miris memandang Jasmine yang terlihat begitu marah, bodohnya ia selama ini selalu berada dibawah kuasa istrinya yang licik ini.
“Semakin kesini akhirnya saya lihat siapa kamu yang sebenarnya Jasmine. Karin anakku juga, aku berhak memprioritaskan dia. Jangan sekali-kali kamu bicara dengan nada tinggi pada saya, kamu tidak berhak melakukan itu. Jika kamu tidak ingin mengakui kesalahanmu dan meminta maaf pada putriku, silakan. Aku akan datang dan memohon ampun padanya, dengan atau tanpa dirimu” Selesai mengatakan itu Dimas langsung pergi dan meninggalkan rumah. Sementara Jasmine masih terbakar amarah dan kemudian menendang pot bunga yang ada di sampingnya untuk meluapkan amarahnya.
“Jadi kamu ingin berperang dengan ku mas? Aku pastikan kamu akan menyesalinya. Aku tidak akan terima jika keluargaku hancur, apalagi mengorbankan kebahagiaan putriku hanya untuk Karin. Putrimu yang tidak berguna itu”
=
“Selamat malam everybody.. Mami masak apa nih?” Anisa tersenyum melihat tingkah Karin yang absurd, tapi syukurlah jika putrinya ini sedang bahagia. Semoga setelah ini hanya akan ada kebahagiaan untuknya.
“Ini mami bikin capcay udang sama sambel goreng kentang” Karin membantu memindahkan nasi kedalam mangkuk besar dan meletakannya di meja makan.
“Wiih enak dong, papi mana mi?”
“Tadi sih masih mandi, paling bentar lagi juga keluar. Kak ini tolong taruh dimeja ya” Setelah membantu Anisa memindahkan lauk ke meja makan, Karin bergegas ke ruang tengah memanggil kedua adiknya yang masih menonton tv.
“Ayo anat teciw matan duwu, bangun bangun” Karena memang sudah lapar, kedua anak kecil itu hanya diam saja diusili oleh Karin. Arya baru saja keluar dari kamar dan langsung menghampiri ketiga putrinya yang berjalan ke meja makan.
“Uhh anak papi yang cantik-cantik. Udah mandi belum nih adek?”
“Udah papi, tadi mandi tewus bewenang di tab” (Udah papi, tadi mandi terus berenang di bathtub) Arya yang gemas menyiumi Kara dan Kari bergantian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forgiven (End)
General FictionKarin begitu ia disapa, sekilas semua orang melihat kesempurnaan di hidupnya. Cantik, pintar dan dikelilingi dengan anggota keluarga yang begitu harmonis dan saling mengasihi. Tetapi, dibalik semua kesempurnaan itu ia hanya seorang gadis yang kesepi...