Happy reading..
Di hari sabtu pagi yang cukup cerah, Ibram sudah tiba dikediaman kedua orang tuanya setelah mengantar Naya ke rumah sakit untuk menemani kakaknya melahirkan.Setelah berpamitan pada sang istri yang masih menunggu proses pembukaan sang kakak sempurna. Akhirnya Ibram minta izin untuk mengunjungi Arya dan Anisa sampai nanti waktunya makan siang.
Ibram bersiul sembari memasuki rumah dan mendapati ketiga adiknya yang sedang asyik berbaring seraya menonton televisi. Jiwa jahil dalam diri Ibram pun meronta dan ingin segera direalisasikan.
Langsung saja Ibram meloncat ke depan tv dan menghalangi pandangan ketiga adiknya yang sedang serius menonton kartun Disney.
"Cie elah.. Serius amat pada.. mending liatin muka abang yang ganteng" Tidak mendapat respon apapun dari adiknya langsung membuat Ibram memincing curiga melihat ketiganya.
"Kenapa? Kalian kok diem? Ayo dong gelud" Ibram makin dibuat gregetan karena masih dicuekin oleh ketiganya. Bahkan kini ketiga gadis kesayangan Arya itu kompak saling memejamkan mata dan menutupi tubuh mereka dengan selimut.
"Heh.. bener-bener ini anak tiga, bangun gak bangun... Ohh minta diserang duluan yaa" Ibram langsung saja menarik selimut mereka dan membuangnya asal.
Setelah itu Ibram langsung mengangkat Kari dan memindahkannya ke atas lemari pajangan yang lumayan kokoh menahan bobot berat.
"Wepaass.. tuwunin Tawii" (Lepaas.. Turunin Kari) Mendengar teriakan Kara langsung membuat semangat Ibram berkobar-kobar untuk melanjutkan aksinya.
"Hahaha... begini kan seru, apa kamu anat teciw. Tunggu giliranmuu" Ibram beralih pada Karin yang kini sudah berdiri ingin menyelamatkan Kari.
"Abang lepas gak, itu nanti jatoh Karinya.. Abaaangg.. Papiiii" Ibram membekap mulut Karin dan menggendongnya kemudian tubuh Karin dimasukan kedalam kolong sofabed.
(Bayanginnya yang kolongnya gede ya hehe)
"Hahaha tinggal tersisa kamu Kara.. Rasakan ini karena udah diemin abang" Ibram menggelitik Kara yang sudah meronta-ronta.
Sedang asyik menggelitiki Kara, Ibram sampai tidak sadar jika kini sang baginda raja sudah berdiri dibelakangnya menggendong Kari.
"Papii.. towong atuu, abang nataw" ( Papii.. tolong akuu, abang nakal) Mendengar Kara yang berteriak minta tolong menyebut papinya, langsung membuat Ibram menoleh kebelakang dan menemukan Arya yang sudah bertolak pinggang.
Ibram melepaskan Kara dan langsung tersenyum jenaka mengusap-usap kepala Kara.
"Terus ya Bram, adeknya lagi anteng kamu jahilin.. ini mana adeknya yang satu? Tadi mereka bertiga ya" Seakan baru tersadar akan sesuatu, Ibram memandang panik sofabed tempat iya mengurung Karin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forgiven (End)
General FictionKarin begitu ia disapa, sekilas semua orang melihat kesempurnaan di hidupnya. Cantik, pintar dan dikelilingi dengan anggota keluarga yang begitu harmonis dan saling mengasihi. Tetapi, dibalik semua kesempurnaan itu ia hanya seorang gadis yang kesepi...