Happy reading..
Arya telah mendapatkan informasi kemana taksi yang membawa Karin pergi. Ia semakin kalut saat tahu Karin pergi menuju rumah lamanya di Karawang.Dengan pikiran yang kalut dan panik, Arya menelpon Dirga dan memberitahu jika Karin ada disana.
Arya menjatuhkan harga dirinya demi bisa memastikan Karin baik-baik saja. Tidak ada yang bisa Arya sombongkan sekarang selain keselamatan Karin.
Setelah memberitahu Dirga, Arya bergegas mengendarai mobilnya menuju Karawang untuk menjemput Karin. Arya berharap jika ia tidak akan terlambat atau mungkin jika Dirga sampai lebih dulu dan bisa menenangkan Karin sampai ia tiba.
Sementara ditempat lain, Dirga langsung menelpon Dimas yang tadi berkata akan pergi ke makam mendiang istri dan anaknya. Dirga berharap papanya bisa menemukan Karin yang pergi tanpa mengabari siapapun dirumah.
Dirga ikut panik, setelah mendapatkan jawaban dari Dimas yang akan menyusul Karin. Dirga juga bergegas menyusul ke Karawang dan berharap tidak ada hal buruk yang akan terjadi
=
Karin menjauhkan tangannya yang semula membekap telinganya. Sudah tidak ada bayangan dan suara-suara disekitarnya. Karin memukuli kepalanya yang berdengung, dengan sisa tenaga yang ia punya, Karin berlari kebawah dan menghancurkan apapun yang membuatnya mengingat segala kenangan pahit dalam hidupnya.
Dimulai dengan berbagai foto yang dipajang, sampai piala-piala penghargaan yang tersusun rapi di lemari pajangan.
Karin terus menghancurkan seisi rumah, sampai tidak sengaja ia menghancurkan sebuah lemari penyimpanan di sudut dapur. Karin menemukan sebuah derigen berisi minyak tanah yang masih penuh. Dengan sisa kesadaran, Karin mengambil derigen itu dan menyiraminya ke sekitar rumah.
Karin bahkan juga menyirami lantai dua, tepatnya kamar yang menjadi saksi dimana kehancuran hidupnya dimulai.
Setelah membuang derigen yang telah kosong, Karin gemetaran memegangi korek api yang sedari tadi dibawanya.
Sambil mengamati sekitar kamar kedua orang tuanya, Karin mengingat semua memori hidupnya. Saat ia masih kecil sampai ia sudah beranjak dewasa seperti sekarang. Karin tiba-tiba teringat sahabatnya Geana, semua kata-kata Geana yang menguatkannya berputar-putar dikepalanya dan makin membuat kepalanya berdengung sakit.
"Maaf Ge, maaf gue gak bisa jadi yang lo inginkan. Maaf Ge, gue nyerah dengan semua keadaan. Gue gak sanggup Ge, maafin gue Geana"
Sama dengan Geana, Karin pun mengingat semua perkataan Jendra yang selalu mendukungnya. Karin mengeluarkan recorder mini pemberian Jendra dan merekam suaranya yang telah bergetar disana.
Masih sambil menangis, Karin mengingat semua anggota keluarganya. Abangnya Ibram yang selalu berusaha membuatnya bahagia, kedua adiknya yang jahil tapi sangat menyayanginya, sampai kedua orang tua yang telah membesarkannya, Arya dan Anisa.
Karin menangis tersedu seorang diri. Dengan tangan yang bergetar, Karin memencet beberapa angka untuk memanggil Arya.
Didering ketiga Arya langsung mengangkat panggilannya. Karin semakin menangis kala mendengar nada sarat kekhawatiran dari Arya.
"Sayang? Ada apa hmm Karin dimana? Kenapa tidak pamit dulu? Papi khawatir cariin kamu. Karin, dengar papi kan nak? Papi jemput Karin sekarang ya. Jangan pergi ya sayang, tunggu papi datang"
Untuk beberapa saat Karin tidak dapat bersuara dan hanya menangis. Sampai suatu kalimat yang diucapkan Arya membuat Karin bagai dihantam ribuan batu dan merasa amat bersalah karena selalu menyusahkan Arya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forgiven (End)
General FictionKarin begitu ia disapa, sekilas semua orang melihat kesempurnaan di hidupnya. Cantik, pintar dan dikelilingi dengan anggota keluarga yang begitu harmonis dan saling mengasihi. Tetapi, dibalik semua kesempurnaan itu ia hanya seorang gadis yang kesepi...