Happy Reading..
Matahari sudah mulai menampakan dirinya, memberikan kehangatan bagi setiap orang yang tertimpa cahayanya. Burung-burung yang berkicau menambah semangat dipagi hari itu. Arya sedang memanaskan mobilnya dan menunggu Anisa yang akan pergi berbelanja ke pasar. Sementara kedua putri kecilnya sedang bermain bersama moci, kucing kesayangan mereka di halaman depan rumah.
Arya merogoh saku saat ponselnya bordering bertanda ada panggilan masuk, setelah melihat id kontak bertuliskan Mang Eman, Arya bergegas mengangkatnya dan berjalan sedikit menepi mendekati gerbang rumah.
"Assalamualaikum pak Arya" Sapa mang Eman mengawali pembicaraan.
"Waalaikumsalam Mang, ada apa? Semuanya baik-baik aja kan?" Arya tampak melirik Kari yang berjalan mendekat padanya dan mengambil bola yang dilempar Kara. "Hati-hati sayang nanti jatuh" Kari mengangguk dan kembali berjalan mendekati Kara yang sedang mengelus Moci.
"Anu pak, saya mau tanya. Non Karin baik-baik saja kan? Maksudnya non Karin gak gimana-gimana gitu setelah pulang dari Karawang?" Arya merasa heran dengan pertanyaan Mang Eman yang terdengar aneh, Arya tidak melihat ada raut wajah bersedih yang ditunjukan putrinya itu semalam. Bahkan Karin terlihat senang mengobrol dengan Geana.
"Karin baik, ada temannya yang menginap dirumah. Tapi saya tidak lihat dia kenapa-kenapa. Ada apa Mang Eman? Sesuatu terjadi disana?"
"Memang non Karin gak cerita ke bapak? Aduh saya jadi tidak enak, saya kira non Karin ada cerita sama bapak semalam"
"Karin belum cerita apa-apa karena mungkin ada temannya Mang. Kalau boleh mamang bisa kasih tau saya, siapa tau nanti Karin mau cerita kalau temannya sudah pulang" Arya masih tampak menunggu jawaban mang Eman, Arya sudah menduga-duga jika Karin sepertinya bertemu dengan Dirga.
"Kemarin pas non Karin datang kerumah, kebetulan den Dirga juga sedang bertamu pak. Karena non Karin bertanya jadi saya beritahu siapa den Dirga. Mereka sempat mengobrol sebentar, setelah itu.. n-non Karin menangis dan den Dirga juga pergi. T-tapi yang saya dengar sayup-sayup den Dirga meminta maaf atas nama pak Dimas, tapi non Karin tidak menerima dan ingin pak Dimas yang meminta maaf langsung padanya bukan lewat den Dirga"
Arya tersenyum dan menyimak dengan seksama semua cerita dari mang Eman, jadi anak pemberani itu sudah bertemu dengan Karin. Arya tinggal menunggu kapan waktunya ia akan bertemu Dimas dengan keadaan yang memprihatinkan.
"Tapi Dirga tidak berbuat macam-macam sama Karin kan Mang?"
"Sepertinya tidak pak, tapi saat akan pergi den Dirga sempat berjanji akan membawa pak Dimas dan membuatnya minta maaf sama non Karin"
"Hmm begitu ya, kalau begitu terima kasih untuk informasinya mang. Jika anak itu datang lagi kesana tolong beritahu saya"
"Baik pak, kalau begitu saya tutup dulu telfonnya. Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam" Arya memasukan kembali ponselnya kedalam saku celana. Senyum penuh kepuasan tercetak dengan jelas diwajahnya. Sebentar lagi, hanya menunggu sebentar lagi ia akan melihat kehancuran itu pada diri Dimas. Saat ia melihat Dimas tidak berdaya dan bersujud di kaki Karin, saat itu lah semua penderitaan yang Karin rasakan akan terbayar sudah. Keluarga bajingan itu akan hancur, sama hancurnya seperti kehidupan Winda dan kedua putrinya.
"Papi.." Arya menoleh dan mendapati Kara yang berdiri dibelakangnya menggendong kucingnya Moci.
"Iya sayang? Kari mana?"
"Tawi didawem wadi minum. Papi.. siapa itu Mang?" (Kari didalem lagi minum) Arya mengernyit bingung mendengar pertanyaan Kara yang ambigu, setelah beberapa saat Arya tertawa saat sadar yang sedang ditanyakan putri kecilnya ini adalah Mang Eman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forgiven (End)
General FictionKarin begitu ia disapa, sekilas semua orang melihat kesempurnaan di hidupnya. Cantik, pintar dan dikelilingi dengan anggota keluarga yang begitu harmonis dan saling mengasihi. Tetapi, dibalik semua kesempurnaan itu ia hanya seorang gadis yang kesepi...