Bab 14

922 58 4
                                    

Happy Reading..

Bantu tandai jika ada typo yup


Disebuah taman yang dipenuhi berbagai macam bunga, tampak dua orang yang sedang duduk bersisian diatas rumput yang menghadap kesebuah danau yang tampak tenang. Keduanya hanya terdiam menikmati kesunyian, Karin menghela nafasnya yang terasa sedikit sesak, ia tidak begitu suka berada ditempat yang sepi dan ditambah di taman ini terdapat beberapa bunga yang sangat disukai oleh ibu dan adiknya.

"Mas? Balik kerumah mbak Naya yuk, Karin gak enak pergi lama-lama" Karin berusaha membujuk Jendra agar segera membawanya pergi dari sana, sebenarnya mereka baru tiba beberapa menit yang lalu, bahkan belum lewat 30 menit mereka pergi. Tapi kini yang jadi masalah adalah kesunyian dan bunga-bunga yang mengelilinginya. Karin merasa tidak sanggup jika harus lebih lama beberapa menit lagi disana.

"Kita baru sampai, kenapa buru-buru?"

"Karin harusnya ada disana nemenin keluarga yang lain mas, bukannya disini dan malah melamun" Karin mulai gelisah, ia tidak sadar sudah sedikit meninggikan suaranya saat bicara pada Jendra. Ia benar-benar sudah tidak tahan, rasanya seperti ada yang menghimpit dadanya dan membuatnya kesulitan bernafas.

"Kamu gak suka saya ajak kesini?" Jendra mengernyit bingung mendapati Karin yang terlihat gelisah dengan nafas yang sedikit memburu. "Karin, Ada apa? Kamu lihat sesuatu? Hei tenang dulu" Jendra berusaha menarik tangan Karin yang kini sudah berjalan cepat berusaha pergi dari sana.

"Karin, tunggu. Oke kita kembali kesana, pelan-"

Bruk

Jendra sontak berlari menghampiri Karin yang kini jatuh berlutut didepannya. Ia segera menggendong Karin dan membawanya kembali ke mobil. Sedangkan Karin, dirinya sibuk menghirup oksigen sebanyak mungkin. Karin merasa sangat sesak, bahkan kini ia bisa merasakan kakinya yang melemas.

"Aku mau pergi, sesak mas Karin gak bisa nafas. Karin gak mau disini" Karin mulai menangis, ia tidak bisa menahan rasa sesak didadanya. Ia merasa dadanya seperti akan meledak.

"Oke, kita pergi dari sini, jangan menangis lagi ya? Jangan buat saya takut. Saya disini temani kamu, kita kembali kerumah Naya oke?" Jendra mendekap Karin yang kini bersandar lemah dibahunya, ia masih berjalan menyusuri jalan setapak ditaman tersebut untuk kembali menuju mobilnya.

"Karin mau pulang, Karin mau pulang" Jendra tidak tau apa yang membuat Karin begitu ketakutan seperti ini, ia tidak melihat siapapun disana. Apakah ada sesuatu yang berhubungan dengan taman dan membuat Karin kembali mengingat masa lalunya yang menyakitkan. Kini yang harus ia lakukan hanya membawa Karin pergi dari sana dan Berharap Karin akan kembali tenang.

=-=

Sesampainya mereka ke rumah Naya, Karin masih terlihat sedikit pucat bahkan masih ada jejak keringat dingin di dahinya. Jendra mengusap kening Karin, sontak Karin membuka matanya yang sejak tadi ia pejamkan.

"Sudah sampai, mau langsung turun?" Karin menggeleng lemah seraya memandang Jendra, Jendra jadi merasa bersalah karena membuat Karin jadi seperti ini. Seharusnya ia banyak menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan trauma yang dialami Karin, apa-apa saja yang sekiranya bisa ia hindari agar Karin tidak kembali mengingat masa lalunya.

"Maaf tadi Karin keterlaluan ya sama mas Jendra? Karin gak suka ada ditaman itu mas. Jangan marah sama Karin ya tadi sempat bicara dengan nada tinggi, Karin minta maaf"

"Kamu gak salah, maaf buat kamu jadi ketakutan seperti tadi. Kamu baik-baik aja kan? Saya takut kamu kenapa-napa" Karin menghela nafas lelah, ia takut Jendra mengetahui semua tentangnya. Karin terus berusaha tenang, selain Jendra ia juga tidak ingin membuat keluarganya yang lain jadi khawatir. Ia harus bisa mengontrol dirinya, hari ini tidak boleh ada kesedihan. Karin ingin semuanya berbahagia karena pernikahan Ibram, dan Karin tidak ingin menghancurkannya.

"Karin gak papa kok mas, jangan kasih tau siapa-siapa ya. Karin gak mau buat yang lainnya jadi khawatir apalagi abang, ini hari spesialnya Karin gak mau rusak kebahagiaannya" Karin memelas pada Jendra, ia sungguh akan merasa sangat bersalah jika sampai membuat orang-orang khawatir.

"Hmm iya, saya gak akan kasih tau siapa-siapa kalau kamu janji akan baik-baik aja. Saya akan temani kamu seharian ini, jadi jangan ragu kasih tau saya sesuatu yang buat kamu gak nyaman, oke?"

"Ya, Terimakasih mas" Jendra tersenyum dan mengusap pelan kepala Karin, mungkin memang harus perlahan-lahan agar Karin mau terbuka padanya. Jendra akan menunggunya, ia sangat yakin tidak akan lama lagi Karin akan bisa menerimanya dan membagi beban yang gadis itu pikul sendirian.

=-=

Di ballroom hotel berbintang yang kini sudah dihias dengan sedemikian rupa indahnya, Ibram dan Naya melangsungkan rangkaian prosesi pedang pora dan dilanjut resepsi pernikahan keduanya. Naya tampak sangat cantik dengan gaun putih yang dipakainya, kebahagiaan begitu terpancar di wajahnya yang ayu.

Tiba waktunya yang ditunggu-tunggu oleh para pasangan muda yang hadir, ya mereka menunggu saat pengantin melempar buket bunganya.

Semua muda-mudi sudah berkumpul didepan pelaminan, bahkan mereka terlihat sedikit rusuh karena terlalu berdempetan. Kedua pengantin sudah sangat heboh diatas pelaminan menggoda orang-orang itu yang sedang menunggu kapan buket bunganya akan dilempar. Apalagi si pengantin pria, sudah kelewat jahilnya. Ibram sejak tadi tidak berhenti tertawa karena puas mengerjai teman-temannya dibawah sana.

"Bram gue lempar kursi lo ya, cepetan ah!" teriak salah satu teman Ibram dibarisan paling depan

"Weits santai bro, buru-buru banget" Ibram semakin mengencangkan tawanya melihat wajah masam teman-temannya. "iyaudah-iyaudah ayo baris yang rapi siap-siap ya, 1 2 3"

Dan terjadilah aksi saling mendorong dibawah pelaminan, buket bunga yang dilempar pun sampai tidak berbentuk lagi karena saking diperebutkan, semua orang tertawa geli melihat para muda mudi yang terlihat rusuh itu, buket bunga itu didapatkan oleh salah satu teman Naya, tentu dengan kondisi buket yang sudah acak-acakan.

Karin menyaksikan semua kejadian itu dari barisan belakang, ia tidak berani maju mendekat karena takut kena dorong melihat mereka yang begitu rusuh sejak awal. Puas tertawa terpingkal-pingkal bersama Geana disampingnya, Karin terkejut saat tiba-tiba seorang menjulurkan sebuah tangkai bunga dihadapannya.

Karin tersenyum mendapati Jendra yang mengulurkan bunga tersebut, meraih bunganya Karin bingung dengan kondisi bunga mawar yang sudah tidak cantik lagi, banyak kelopak bunganya yang sudah berguguran, hanya tinggal sedikit dan itu pun terlihat seperti sudah layu. "Dapat darimana mas?"

"Dari buketnya Naya, tadi ada yang terlempar kearah saya. Jadi saya ambil buat kamu" Jendra tersenyum dengan wajah yang sedikit memerah. Karin yang melihatnya hanya terkekeh geli melihat Jendra yang tersipu malu. "Ohh.. Terimakasih"

"Aduuuhh... gak kuat gue lama-lama disini, kalian terlalu uwu untuk dinyamukin" tiba-tiba Geana berseru heboh sambil berjalan menjauhi Karin dan Jendra, Gea yang memang datang seorang diri sungguh merasa miris akan statusnya yang jomblo. Akhirnya ia memilih pergi berburu makanan dari pada menjadi nyamuk diantara keduanya.

"Maafya mas, Gea emang suka begitu, lebay" Karin cengengesan melihat kelakuan Gea,tidak dipungkiri Karin sedikit merasa salah tingkah karena Jendra yangtiba-tiba memberikannya bunga dari buket milik Naya itu. Meskipun tidakmendapatkan utuh, tapi dia mendapatkan bagian dari buket tersebut dan perlakuanitu membuatnya merasa bahagia karena Jendra mengingatnya.


Jangan lupa tekan bintangnya yup, tinggalkan vote untuk cerita ini

Terimakasih

17/02/2022

Forgiven (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang