Happy reading..
Sudah beberapa hari ini Karin tiba-tiba mempunyai supir pribadi yang selalu mengantar jemputnya. Entah kenapa, tetapi Jendra selalu saja sudah standby didepan rumah dan kantor untuk menjemputnya. Memang arah kantor mereka dalam satu arah, tetapi pasti akan sangat merepotkan karena Jendra sudah pasti akan mampir ke rumahnya dulu dan tidak langsung pulang.
Ditambah setiap menjemputnya pulang dari kantor, Jendra pasti merayunya untuk sekedar makan malam bersama diluar. Jadilah beberapa hari ini Karin melewatkan makan malam dirumah bersama keluarganya. Arya dan Anisa memang tidak keberatan asal Jendra mengantarkan Karin tidak sampai larut malam, malah mereka sesekali menggodanya karena kedua anak itu terlihat sangat membucin.
Seperti malam ini, lagi-lagi Jendra menjemputnya dan mengajaknya membeli beberapa baju untuknya dan juga untuk lelaki itu. Dilanjutkan makan malam disebuah restoran favorit mereka tidak jauh dari universitas Karin dulu.
Setelah menghabiskan makan malam mereka dan dilanjutkan dengan mengobrol ringan, Karin akhirnya meminta Jendra untuk segera mengantarnya pulang karena Karin merasa sedikit lelah. Jendra menyetujuinya dan segera bergegas membayar makanan dan meninggalkan meja.
Karin yang sedang asik bercanda tidak sengaja melihat siluet seseorang yang berdiri dihadapannya. Saat benar-benar mengalihkan tatapannya kedepan Karin baru melihat dengan jelas siapa yang sedang berdiri dengan wajah penuh kesombongan didepannya.
Karin mengedarkan pandangannya dan tidak mendapati siapapun berada disana, hanya ada seorang pelayan di depan pintu masuk restoran.
“Mencari ayahmu?” Karin tersentak dan reflek menoleh kedepan memandang Valerie.
Jendra yang berdiri disana bersamanya mengernyitkan dahinya melihat Valerie yang terlihat sangat sinis pada Karin.
“Terkejut lihat gue ada disini?” Karin masih diam tidak menjawab sepatah katapun pertanyaan Valerie.
“Kamu kenal dia?” Karena merasa bingung akhirnya Jendra bertanya pada Karin yang hanya diam memandangi Valerie dengan wajah datar. Baru saja Jendra ingin bertanya pada Valerie, Karin langsung menahannya dan mengajaknya segera pergi dari sana.
“Kita pulang yuk mas”
“Kenapa, lo takut? Ah atau lo takut ketauan ya kalau hidup lo yang sebenarnya itu amat sangat hancur?” Jendra langsung memandang tidak suka karena mendengar lontaran kalimat Valerie yang sangat tidak sopan.
“Maaf kamu siapa? Bisa bicara lebih sopan? Karin kamu kenal dia?” Karin yang sangat lelah dan sudah bertambah pusing kini malah menggeleng dan langsung menarik Jendra untuk melanjutkan langkah mereka yang tertunda.
“Oh jahat banget sih KAK, lo gak mau ngakuin gue ini siapa? Pantes aja ya ayah pergi, lo aja jahat begini sama gue” Jendra yang sangat kesal akhirnya menghentikan langkahnya dan berbalik memandang Valerie dengan wajah dinginnya.
“Kenapa marah bang? Harusnya gue yang marah karena gue gak diakuin sama dia. Kalau abang penasaran, gue ini adiknya KAK Karin yang tidak dia akui. Jahat banget kan KAKAK gue ini?” Valerie mengoceh dan terus menekankan kata KAKAK disetiap kalimatnya. Jendra memandang bingung Valerie dan Karin bergantian.
Karin mengurut belakang kepalanya kala rasa pusing itu kian menjadi.
“Mas, bisa kita pulang sekarang? Karin pusing banget, nanti Karin jelasin di mobil ya” Jendra akhirnya menyetujui Karin dan melanjutkan langkahnya menuju mobilnya yang terparkir karena melihat Karin yang sudah sedikit pucat.
“KAK, aku jauh-jauh datang dari Bandung masa seperti ini reaksi KAKAK. KAKAK tega tinggalin aku sendirian disini?” Valerie memulai dramanya dengan bersuara lantang sambil terus mengikuti Karin dan Jendra. Sesekali bahkan Valerie tertawa geli seakan-akan ada hal lucu disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forgiven (End)
General FictionKarin begitu ia disapa, sekilas semua orang melihat kesempurnaan di hidupnya. Cantik, pintar dan dikelilingi dengan anggota keluarga yang begitu harmonis dan saling mengasihi. Tetapi, dibalik semua kesempurnaan itu ia hanya seorang gadis yang kesepi...