Happy reading..
Tandai typo yup!
"Karin sakit mi?"
Ibram yang baru pulang setelah menginap beberapa hari di asrama bertanya pada Anisa, ia baru tau karin sakit setelah tadi menelfon papinya. Tumben sekali adiknya yang biasanya manja saat sakit itu tidak menghubunginya. Biasanya kalau ia sedang tidak ada dirumah dan karin kebetulan sakit, pasti ia akan ditelfon Karin dan akan mendengar rengekan adiknya itu seharian.
"Iya tadi pagi badannya panas, tapi kayaknya udah mendingan, tadi mama lihat udah mandi. Biasanya kalau masih sakit dia mana mau mandi kan"
"Iya juga, iyaudah Ibram lihat dia dulu keatas deh"
Melangkah ke lantai 2 Ibram mengendap-endap saat sudah mendekati kamar Karin. Ia melihat situasi agar bisa menjahili adiknya itu. Setelah dirasa aman dibukanya pintu kamar Karin dan menemukan adiknya itu sedang terbaring ditengah ranjang sambil memandangi ponselnya. Ide jahil pun muncul ia ingin melihat apa yang sedang dilakukan adiknya itu kini, kemudian mengejutkannya.
"Jam berapa ya datengnya? Adduuh kenapa sih aku ini"
Ibram mengernyit bingung mendengar kata-kata Karin, adiknya itu sedang menunggu siapa pikirnya
"Dandan gak ya? Tapi aku pucet banget. Gimana nih"
Ibram makin dibuat penasaran, ia mempercepat langkahnya yang sedang jalan mengendap-endap kemudian bersembunyi di samping ranjang milik Karin. Mengintip sedikit ia melihat Karin yang sedang berkaca dikamera ponselnya. Bahkan sesekali ibram melihat adiknya itu tersenyum-senyum tidak jelas.
"Ini anak ngapa dah, singit kayaknya" bisik Ibram pada dirinya sendiri, ia melihat hal yang mencurigakan. Katanya Karin sedang sakit, tapi kini adiknya itu lebih terlihat seperti sedang jatuh cinta ketimbang sakit.
"Kamu ngapain dek?"
Dug
"Aaaaaaaww... abang! Ngagetin tau, aduuh mana sakit lagi. Udah dua kali dalam sehari ini ya aku kejatohan hp, tadi dagu sekarang pipi!"
"Ya lagian kamu ngapain ngelamun sambil mesam mesem, ngomong sendiri make ngaca-ngaca lagi, siapa yang mau dateng? Segala mau dandan. Kamu bohongin orang ya bilang sakit" tuduh Ibram pada Karin. Karin tercengang jadi dari tadi abangnya ini menguping dan memata-matainya.
"Ohh sejak kapan abang jadi agen rahasia? Nguping sama mata-matain aku kayak gitu!"
"Dih geer kamu, abang tuh mau ngagetin kamu eh kamunya malah kayak orang gila ngomong sendiri sambil mesem mesem lagi!"
"Ihh emang rese, udah sana ngapain sih disini, Karin dah sembuh"
"Dasar, baru juga abang mau perhatian, awas ya besok-besok ngerengek ke abang kalau sakit" Karin memutar bola matanya malas, padahal biasanya kalau dirinya sakit Ibram yang sudah panik duluan. Bukannya keluar dari kamar Karin, Ibram kini malah membaringkan tubuhnya dan melilit tubuh Karin begitu erat, biar tau rasa adiknya itu.
=-=
"Mami, itu ada om Jenda" Kari melapor pada Anisa yang sedang melipat baju di ruang tengah
"Om Jendra? Udah suruh masuk belum?"
"Udaah.." Sampai di ruang tamu lagi-lagi Anisa mendapati Kara sedang menyender manja disamping Jendra. Anaknya itu memang benar-benar, padahal mereka tidak pernah bersikap semanja itu pada Ibram yang mana kakak kandungnya sendiri.
"Ehh kara ngapain itu? Udah minta ijin belum sama om nya nyender-nyender begitu?"
Anisa menggoda Kara yang terlihat sangat lengket pada Jendra, tapi malah membuat anaknya itu langsung cemberut seperti akan menangis
KAMU SEDANG MEMBACA
Forgiven (End)
General FictionKarin begitu ia disapa, sekilas semua orang melihat kesempurnaan di hidupnya. Cantik, pintar dan dikelilingi dengan anggota keluarga yang begitu harmonis dan saling mengasihi. Tetapi, dibalik semua kesempurnaan itu ia hanya seorang gadis yang kesepi...