Bab 38

745 86 6
                                    

Happy reading..

Beberapa bulan telah berlalu dan hari pun berjalan normal seperti biasanya. Karin masih beberapa kali rutin pergi ke psikiater. Keadaannya sudah membaik dan bahkan kini, Karin sudah bisa sedikit mengatasi kecemasannya kala disinggung tentang ibu dan adiknya.

Karin sudah mulai bekerja disalah satu perusahaan yang menyediakan jasa asuransi kesehatan di Jakarta. Hari-harinya kini disibukkan dengan bekerja dari pagi hingga sore hari. Hal itu cukup membuat Karin sibuk dan sedikit melupakan masa kelam hidupnya.

Hari ini Karin akan pergi ke Bandung untuk bertemu Geana. Keluarga Geana sedang mengadakan pesta ulang tahun perusahaan mereka dan Karin sekeluarga diharuskan untuk menghadrinya atas titah langsung dari Geana.

Geana kini menetap di Bandung bersama kedua orang tuanya. Semenjak Geana menyelesaikan pendidikannya diperguruan tinggi, kedua orang tua Geana langsung memutuskan pindah ke Bandung karena salah satu cabang perusahaan mereka di Bandung sedang dalam kondisi yang tidak baik dan mengharuskan papa Geana turun tangan menanganinya.

Geana kala itu datang sambil menangis dan mengatakan kalau ia akan ikut pergi bersama keluarganya dan membantu papanya mengurus perusahaan. Karin dan Geana saat itu menangis bersama dan menghabiskan sisa hari dengan pergi jalan-jalan. Terbiasa bersama membuat keduanya merasakan keberatan jika harus berpisah dan jarang bertemu.

Karin sudah bersiap-siap dan menurunkan sebuah koper kecil yang akan dibawanya. Setelah memastikan tidak ada yang tertinggal, Karin segera mengajak kedua orang tuanya untuk segera berangkat sebelum hari mulai malam. Acaranya akan dilangsungkan esok hari karena itu Karin datang sehari sebelumnya agar bisa beristirahat dulu sebelum menghadiri acara.

=

“Karriiin.. Gue kangen berat sama lo.. Apa kabar zheyenk? Pasti lo rindu banget ya sama gue sampe kurus begini badan lo” Mendengar kehebohan Geana saat menyambutnya di lobby yang terlihat sedikit berlebihan. Ditambah tingkah Geana yang absurd makin membuat Karin malu dan harus beberapa kali menundukan kepala meminta maaf pada orang yang merasa terganggu karena tingkahnya.

“Bisa santuy aja gak ge? Itu malu diliatin sama orang-orang ge” Karin berusaha menarik-narik gaun Geana agar yang disindir itu merasa peka. Tetapi Geana tetaplah Geana, bukannya merasa sungkan dan sedikit menunjukan sisi kalemnya. Geana malah melotot memandangi orang-orang yang ada disekeliling mereka dan seakan menantangnya lewat sorotan matanya yang terlihat songong.

“Emang kenapa? Ini kan acaranya bokap gue, terserah gue mau gimana. Nanti mereka gue suruh blacklist dari acara baru tau rasa. Ya lagian masa gue udah cetar membahana gini gak heboh sih rin? Lo mah aneh”

Berulang kali Karin berusaha menahan rasa kesal dan malunya. Geana bukannya menjadi sedikit lebih anggun malah terlihat makin barbar didepannya. Dan daripada menambah malu disana, akhirnya Karin menyeret Geana masuk dan mencari keberadaan kedua orang tuanya yang telah lebih dulu masuk tadi.

Geana tidak melepaskan rangkulan tangannya dari Karin barang sedetikpun. Malahan kini Geana sibuk memperkenalkan Karin pada karyawan-karyawan yang menjadi teman barunya.

Geana mungkin memang barbar dan suka semena mena. Tetapi walaupun statusnya yang adalah anak dari pemilik perusahaan, Geana tidak malu saat ditempatkan menjadi salah satu karyawan biasa di salah satu Devisi. Bahkan Geana kerap kali marah saat ada karyawan lain yang menjadi temannya di satu Devisi memperlakukannya berbeda dan istimewa.

Geana hanya ingin menjadi gadis biasa tanpa embel-embel jabatan sang papa diperusahaan. Ia ingin berbaur dengan semua orang dan berteman dengan siapa saja yang ia inginkan. Karena itulah kini Geana mempunyai banyak teman baru dan memamerkan sahabat sejatinya, Karin pada seluruh temannya di perusahaan.

Forgiven (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang