Hallo.. Aku kembali
Bantu aku tandai jika ada typo yup
Happy Reading!
Karin masih terdiam didalam kamar hotelnya, jejak basah air mata yang mengalir dipipinya masih tercetak begitu jelas. Sejak tadi tidak ada suara apapun yang ia keluarkan, hanya lelehan air mata yang mewakili bagaimana perasaanya kini. Kejadian tadi terasa sangat cepat sekali ia rasakan. Karin baru akan mengulurkan tangannya untuk meraih tangan ayahnya, Tetapi secepat matanya berkedip, secepat itu juga ingatan masa lalunya menyeruak masuk kembali kedalam ingatannya. Jika saja saat itu tidak ada Anisa yang juga akan keluar dari restoran, entah akan seperti apa ia bertindak.
Flashback
"Sa-sayang, K-karin ayah ma-"
Plak
Karin tersentak kaget melihat Anisa yang menampar dimas, Karin memandang Anisa yang kini sudah merangkulnya kedalam pelukan. Tangisnya tidak bisa ia tahan lagi, air mata itu seolah turun dengan bebas setelah ia tahan sedari tadi.
"Jangan ganggu putriku, pergi" Dimas terdiam ditempatnya, mendengar nada suara Anisa yang begitu dingin kian membuat nyalinya menciut untuk mendekati Karin lagi.
"Nis Sa-saya minta maaf, sa-saya ha-" Perkataan dimas kembali terpotong, tapi kini disertai dengan tubuhnya yang terjerembab kelantai. Dimas mendongakan kepala, ia membelalakan matanya melihat Arya yang kini berdiri menjulang dihadapannya. Belum selesai keterkejutannya, Dimas kembali dihantam tinjuan dipipi dan tendangan di ulu hatinya.
Anisa terhenyak melihat pemandangan suaminya yang sedang kalap menghajar Dimas, Anisa berusaha menarik tangan Arya, tapi usahanya tidak berhasil. Arya sudah seperti kesetanan dan tidak memperdulikan lagi dimana ia berada. Tidak berapa lama pegawai restoran datang dan membantu menarik Arya yang masih memukuli Dimas dengan membabi buta. Anisa segera menarik suaminya, jika tidak mungkin Dimas akan langsung tewas ditempat karena ulahnya.
"Mas istigfar mas, kamu kenapa kelepasan gini dia bisa mati mas, sudah"
"Memang saya mau buat dia mati, lepas! Jangan halangi saya. Minggir kalian!" Arya masih berontak, untung saja petugas keamanan segera datang dan membantu menahan tubuh Arya yang terus berontak.
Plak
"Cukup mas! Cukup! Ini bukan saatnya kamu lampiasin semua luka dan emosi kamu! Lihat Karin, lihat dia! Ada kamu ingat dia hah?" seketika Arya langsung berhenti memberontak dan menoleh kearah Anisa. Disana disamping istrinya, Karin terdiam dengan pipi yang dibasahi air mata. Tatapan Karin tertuju pada Dimas yang kini sudah dibopong keluar untuk segera dibawa kerumah sakit oleh pihak restoran.
Arya segera beranjak mendekati Karin, direngkuhnya tubuh rapuh itu kedalam pelukan. Berulang kali kata maaf digumamkan Arya, Karin masih terdiam tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Arya merangkum wajah Karin dan mengusap jejak air mata dipipinya.
"Maaf, maafin papi sayang. Maaf buat Karin sedih, maaf buat Karin takut. Karin? Jangan diam begini sayang, Karin mau menangis? Ayo menangis yang kencang, papi disini sama kamu. Kesayangan papi, ayo menangis sayang. Bilang kalau Karin marah sama papi, jangan diam begini nak"
Flashback off
Karin memejamkan mata mencoba menghalau air mata yang akan menetes. Karin tidak menyangka akan seperti itu kejadiannya. Dimas kini sedang menjalani perawatan dirumah sakit, sedangkan Arya dan Anisa kini sedang ikut ke kantor Polisi untuk dimintai keterangan. Karin ditinggal bersama kedua adiknya di hotel. Sekarang kedua adiknya sedang tidur, sementara ia berada dikamarnya seorang diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forgiven (End)
General FictionKarin begitu ia disapa, sekilas semua orang melihat kesempurnaan di hidupnya. Cantik, pintar dan dikelilingi dengan anggota keluarga yang begitu harmonis dan saling mengasihi. Tetapi, dibalik semua kesempurnaan itu ia hanya seorang gadis yang kesepi...