Happy reading..
Tandai typo ya
Jasmine masih mengejar putrinya yang berlari keluar gedung kantor milik Dimas, Jasmine mencoba membujuk sang putri agar mengerti. Tapi Valerie putrinya itu seperti tidak mau mendengar apapun lagi.
"Vale, tunggu sayang. Jangan lari lari. Sayang dengar mama dulu" Jasmine berusaha mengejar putrinya yang sedang berlari berusaha pergi dari sana.
"Valerie! Mama bilang berhenti. Kita bisa bicarain ini baik baik sayang. Mama mohon jangan kekanakan begini"
Valerie langsung menghentikan langkahnya. Ia memandang tidak percaya pada sang ibu. Bukannya membelanya, sang ibu justru terkesan membela papanya yang membuatnya kecewa dan marah.
"Apalagi yang harus dibicarain baik baik ma? Papah salah, dia gak pernah ingat aku lagi papah selalu acuhin aku ma"
"Sayang dengar mama, papa sedang ada pekerjaan saat itu, dia juga akhir akhir ini sibuk, papa bukannya gak perhatian sama kamu Val, pa-"
"Udah cukup ma, kalau mama masih mau belain papah, mending mama balik keatas, temani papah kerja dan biarin aku pulang sendiri"
Valerie menepis tangan ibunya yang sedang merangkulnya. Ia berlari pergi mencari taksi untuk pulang. Sedangkan Jasmine ia bingung harus bagaimana, sulit untuk membujuk putrinya jika sedang marah, ia sungguh kebingungan sekarang. Mengeluarkan ponsel dari dalam tas, Jasmine mencoba menghubungi anak sulungnya, Dirga.
"Iya ma, ada apa?"sahut seorang lelaki diseberang sana
"Dirga kamu dimana? Vale, dia marah marah sama papamu tadi, mama gak bisa bujuk dia ga"
"kenapa lagi sih Vale? Perihal hari kelulusan kemarin? Dia itu benar benar, nanti sampe rumah dirga coba nasehatin ma, mama tenang aja gak usah dipikirin ya, Vale tuh Cuma terlalu manja aja"
"Terimakasih sayang, bantuin mama bujuk adik kamu ya"
"Iya, iyaudah dirga tutup dulu, Dirga masih dikampus nih"
"Iyaudah iya sayang, nanti pulang nyetir hati hati ya"
"Siap ma"
Sambungan terputus, Jasmine menghela nafas lega. Setidaknya masih ada seseorang yang masih didengar Vale. Hanya Dirga yang bisa membujuk putrinya itu.
=-=
Dimas kembali kerumah saat jam menunjukan pukul 5 sore. Sang istri yang biasanya menyambutnya didepan pintu rumah tidak terlihat, ia hanya mendapati putranya duduk di meja makan sendirian.
"Ga, kamu sendirian? Mama sama Vale kemana?" Dirga menoleh kearah dimas sambil mengunyah keripik kentang cemilannya.
"Mama lagi ajak Vale belanja, ngebujuk Vale biar gak ngambek lagi pah"
Dimas mendaratkan bokongnya dikursi samping Dirga. Ia menghela nafas berat seraya memejamkan matanya, hari ini begitu melelehkan ditambah omelan dari putrinya siang tadi.
Dirga menoleh kearah Dimas, ia ragu ingin menanyakan kemana perginya papanya itu kemarin sampai membuat adiknya marah besar, karena saat Dirga menyusul ke kantor milik sang papa, dirga mendapati info dari sekretaris papanya bahwa Dimas tidak datang ke kantor hari itu.
"Pah"
"Hmm" Dimas hanya menjawab putranya itu dengan deheman. Dimas masih asyik memejamkan matanya seraya merilekskan tubuhnya yang lelah.
"Dirga sebenarnya mau tanya, papah kemarin sebenarnya kemana sih? Maaf tapi Dirga ke kantor buat nyusulin papa, tapi kata mbak Andin papa gak datang ke kantor hari itu, lagi mbak Andin bilang juga papah gak ada jadwal meeting sama klien di luar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Forgiven (End)
General FictionKarin begitu ia disapa, sekilas semua orang melihat kesempurnaan di hidupnya. Cantik, pintar dan dikelilingi dengan anggota keluarga yang begitu harmonis dan saling mengasihi. Tetapi, dibalik semua kesempurnaan itu ia hanya seorang gadis yang kesepi...