Bab 31

929 73 3
                                    

Happy Reading..

“A-ayah.. ayah datang” Dimas tersenyum dan melangkah maju perlahan mendekati Karin. Tapi baru saja setengah jalan Dimas melangkah, pandangannya bertubrukan dengan sorot mata Arya yang memandangnya tajam dibelakang Karin. Dimas menghentikan langkahnya dan terdiam memandang satu persatu orang yang ada disana. Dan bukan hanya pandangan tajam dari Arya yang ia dapatkan, Ibram yang kini sudah berdiri disamping Karin pun tak kalah tajam memandangnya.

Karin yang menyadari situasi yang mulai tidak baik berbalik dan memandang Arya yang kini mengalihkan tatapannya pada Karin. Tidak ada sorot tajam itu saat memandangnya, tapi Karin tau jika Arya mengisyaratkan jika ia tidak diizinkan bertemu dengan Dimas.

Karin menggelengkan kepala dan menangis, Karin memohon dengan iba pada Arya melalui tatapannya. Berharap jika ia dibolehkan sebentar saja bertatapan muka dengan ayahnya Dimas. Bahkan jika memang Dimas sudi, Karin ingin sekali saja merasakan kembali pelukan laki-laki yang sangat ia rindukan itu.

“Papi.. K-karin mau”

“Tidak, jangan menyiksa diri kamu dengan menemuinya Karin. Papi tidak akan izinkan” Karin langsung menubruk Arya dan menangis. Berulang kali ia mengucapkan permohonan pada Arya yang tidak bergeming sedikitpun.

“Berhenti menangis. Ayo Karin, Jendra dan orang tuanya sudah menunggu” Ibram berusaha melepaskan pelukan Karin dari Arya dan akan membawanya masuk kedalam mobil. Tapi baru saja hendak membuka pintu mobil, tangan Ibram ditahan oleh tangan lainnya.

Ibram memandang bengis Dirga yang menahan tangannya, dihempaskan dengan kencang tangan Dirga dan kemudian mendorongnya hingga Dirga mundur beberapa langkah. Ibram menghampiri Dirga dan menantangnya lewat tatapan matanya yang tajam.

“Ngapain lo halangin gue hah? Mau sok jadi pahlawan kesiangan buat bokap lo?” Beberapa saat Dirga terkejut mengetahui jika Ibram mengenalnya, mereka memang belum pernah bertemu seperti Dirga yang sudah pernah bertemu dengan Arya. Tapi lewat hasil stalkingnya di media sosial milik Karin, Dirga tau jika lelaki yang sedang berdiri menantangnya ini adalah Ibram anak dari Arya yang mana adalah kakak sepupu Karin.

“Kaget ya gue tau siapa lo? Ngeliat muka lo yang duplikat sama bajingan itu semua orang juga pasti tau kalau lo anaknya” Dirga tidak membantah atau menantang balik Ibram karena semua yang ia katakan benar adanya. Tapi tentu Dirga tidak akan diam saja saat semua usaha Dimas dianggap tidak berarti oleh mereka.

“Gue gak akan macem-macem apalagi cari ribut sama lo bang, gue nahan lo karena gue gak ingin usaha bokap gue sia-sia begitu aja karena keegoisan kalian” Ibram tertawa kencang mendengar perkataan Dirga, disunggingkannya senyum mengejek sambil memandang Dirga dan Dimas bergantian.

“Usaha lo bilang? Usaha apaan hmm? Gue gak perduli meskipun dia datang kesini dalam kondisi sekarat sekalipun. Jadi daripada buang-buang waktu gak jelas gini, mending lo bawa bokap tersayang lo itu pergi dan jangan pernah sekalipun berfikir untuk kembali menemui adik gue yang udah dia buang. Gue masih bisa sabar kali ini, tapi kalau gue lihat sekali lagi dia coba deketin Karin. Gue pastiin bakalan langsung kirim dia ke liang lahat” Ibram menyudahi perkataanya dan berbalik mendekati Karin dan memaksanya berjalan ke mobil.

“Ibram saya mohon” Karin menghentikan langkahnya dan memandang Dimas yang sudah maju beberapa langkah. “Saya mohon izinkan saya bertemu Karin sebentar saja, saya mohon” Karin makin menangis dan memandang Arya yang terdiam dengan rahang mengeras menahan amarah. Arya merasakan lengannya yang diusap pelan, istrinya berdiri disampingnya dan mengisyaratkan padanya jika semua akan baik-baik saja jika Karin menemui Dimas. Dengan sorot mata teduh dan penuh kasih sayang, Anisa meyakinkan Arya untuk mengizinkan Karin menemui Dimas.

“15 menit, biarkan Karin bertemu dengannya 15 menit bram. Setelah itu bawa adikmu pergi dari sini” Setelah mengucapkan itu Arya bergegas masuk kedalam mobil membawa kedua putri kecilnya ikut serta. Anisa memandang Karin dan menganggukan kepalanya, dan kemudian mengajak Jendra dan kedua orang tuanya untuk pergi lebih dulu ke restoran yang mereka tuju.

Forgiven (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang