Happy reading..
Tandai typo ya
Karin berjalan keluar dari gedung fakultasnya seorang diri, ia masih terbayang-bayang akan seseorang yang ia lihat lagi setelah sekian lama kemarin malam. Matanya kembali memanas mengingat orang itu tersenyum dengan lepas seakan tidak mengingat nya sedikitpun. Karin memang tidak berharap lebih, bahkan ia ditinggalkan begitu saja sejak dulu. Tapi tidak bisa dipungkiri jauh didalam hatinya ia begitu merindukan ayahnya.
Sejak tadi pagi ia begitu tidak semangat mengikuti kelasnya. Ia sebelumnya hanya ingin berdiam diri dikamar, tapi ia tau papi dan abangnya akan dengan mudah menebak suasana hatinya. Ia tidak ingin membuat dua orang tersayangnya itu khawatir, sudah cukup ia membebani mereka dengan mengurusnya selama ini.
Merogoh tas, karin menyadari sejak tadi ponselnya bergetar tanda ada panggilan masuk, ia lupa menganti mode silent sejak tadi. Melihat si pemanggil Karin pun bergegas mengangkat panggilannya.
"Assalamualaikum mi, ada apa? Maaf ponselnya Karin mode silent tadi"
"Waalaikumsalam, iya gak papa kak udah selesai kuliah hari ini?"
"Sudah, ini lagi tunggu ojol mau pulang" jawab Karin sambil celingukan karena melihat beberapa ojol yang berhenti di dekatnya.
"Oh iyaudah, tapi mami minta tolong ya kak jemput Kara sama Kari di tempat ngaji, tadi mami yang anter sekarang mami masih dibutik, ini Naya lagi fitting kebaya belum selesai"
"Oh iya mi, nanti karin mampir jemput mereka"
"Iyaudah mami tutup telfonnya kamu hati-hati di jalan ya. Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam"
Sesampainya Karin di sebuah rumah tempat anak-anak kecil mengaji ia melihat kedua adiknya masih duduk di dalam, seperti biasa sebelum pulang mereka akan menghapal doa sehari-hari. Ia menatap sekeliling ada beberapa ibu-ibu yang juga sedang menunggu anaknya.
Beberapa saat menunggu, kedua adiknya keluar sambil bergandenagan tangan. Mereka langsung menghampiri Karin dan mencium tangannya.
"Tata jemput ya" (kakak jemput ya) ujar Kara sambil tersenyum. Ia kemudian langsung memberikan tas nya kepada Karin tidak lupa diikuti oleh Kari juga.
Karin mendengus, dua anak itu memang benar-benar keterlaluan. Bisa-bisanya ia dijadikan troli tas sedangkan mereka berjalan di depannya dengan bergandengan tangan. Ingatkan Karin untuk menjahilinya nanti.
"Tata.. mau itu" (kakak.. mau itu) tunjuk Kara (lagi) pada gerobak tukang burger di depan sana.
Karin menghirup nafas dan menghembuskannya dengan kasar
"Iyaudah beli, dikasih kan uang jajan sama mami?" Karin melihat kedua adiknya merogoh saku bajunya
"Cuma lima tuwang tan hadanya dewapan" (Cuma lima kurang kan harganya delapan) jawab kari sambil memelas
"Iyaudah sana pesen, nanti aku tambahin. Pesenin kakak juga yang pedes" jawab Karin memerintah adiknya. Ia berjalan dan duduk di pinggir trotoar menunggu krucil krucil itu membeli burgernya.
"Tata bayaw duwu" (kakak bayar dulu) Kara menghampiri setelah menerima burger pesananya.
"Iya, makannya nanti dirumah, gak ada makan sambil jalan. Nanti jatoh aku gak mau beliin lagi"
Setelah membayar mereka melanjutkan perjalanan dengan ocehan dua anak kecil yang super berisik.
=
"Kamu beneran Cuma mau 1 gaun aja ya buat resepsi? Gak ganti ganti gitu?"
"Iya 1 aja deh ma, ribet juga ah kalau harus ganti-ganti, tamunya aja banyak banget kan"
KAMU SEDANG MEMBACA
Forgiven (End)
Ficción GeneralKarin begitu ia disapa, sekilas semua orang melihat kesempurnaan di hidupnya. Cantik, pintar dan dikelilingi dengan anggota keluarga yang begitu harmonis dan saling mengasihi. Tetapi, dibalik semua kesempurnaan itu ia hanya seorang gadis yang kesepi...