Tandai jika ada typo yup
Happy Reading..
Detik demi detik telah terlewati, keheningan terjadi di dalam ruang tamu sebuah rumah yang sudah ditinggalkan begitu lama oleh pemiliknya. Hanya ada suara detakan jarum jam yang berbunyi menghitung waktu. Kedua anak dari ayah yang sama itu tidak ada yang mengeluarkan sepatah katapun. Keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing dan bingung ingin membicarakan apa.
Karin menghela nafas lelah, sudah cukup lama ia duduk bergabung disana dan berhadapan dengan seorang pemuda yang mengaku sebagai anak dari ayahnya, Dimas. Diliriknya pemuda didepannya yang menundukan kepala dan memilin tangannya yang tampak berkeringat. Jika dilihat sekilas, Karin bisa melihat kemiripan wajah itu dengan ayahnya. Mata, Alis dan hidung itu milik Dimas.
"Kamu.. Jadi kamu anaknya ayah Dimas?" Mendengar Karin yang tiba-tiba bersuara dan berbicara padanya membuat Dirga tampak terkejut dan gelagapan. Dirga menegakan tubuhnya dan berdehem mencoba merilekskan dirinya dari rasa terkejutnya.
"I-iya, maaf saya datang kesini tidak minta izin dulu" Karin mengangguk dan tersenyum simpul.
"Nama kamu Dirga, benar?" Dirga memandang Karin yang memandangnya ragu.
"Iya saya Dirga, hmm kak" Karin terdiam mendengar panggilan dari Dirga untuknya, Karin memang terbiasa dipanggil demikian oleh kedua adiknya dirumah. Tetapi dipanggil seperti itu oleh seorang yang juga adalah adiknya yang lain terasa sangat asing dan sedikit berbeda.
"Hmm Dirga, Bagaimana keadaan ayah? Apa dia baik?"
Dirga bisa melihat keraguan itu dimata Karin, meskipun Karin berusaha sekuat tenaga menyembunyikannya. Dirga memakluminya, setelah semua yang telah terjadi. Tentu semua ini pasti membuatnya bingung dan ragu. Dirga saja sampai terkejut saat tau Karin tiba-tiba juga berada disana.
"Papah baik, sekarang sedang dalam masa pemulihan pasca operasi kemarin"
"Apa seburuk itu sampai harus dioperasi?" Dirga memandang Karin, benarkah jika Karin tidak tau keadaan papahnya yang sebenarnya.
"Lambung papah sedikit bocor karena hantaman yang kuat, tapi dokter bilang sudah berhasil ditangani dan tinggal melakukan kontrol rutin kerumah sakit untuk penyembuhan" Karin menghela nafas lega, itu artinya ayahnya akan baik-baik saja kan.
"Alhamdulillah, hmm Dirga.. Apa ayah tau kamu datang kesini?" Dirga terdiam dan menundukan kepalanya. Karin masih setia memandanginya menunggu jawaban.
"Papah gak tau Dirga datang kesini, tidak ada yang tau"
"Lalu untuk apa kamu kesini? Tidak mungkin kamu datang jika tidak ada tujuannya kan?" Dirga semakin gugup, ia takut Karin marah saat mengetahui maksud kedatangannya.
"Maaf kak, saya tidak ada niat buruk sama sekali. Saya.. saya sudah tau tentang semua yang papah lakukan dulu, tentang Kak Karin dan juga Ibu Winda" Karin terkejut mendengar semua perkataan Dirga, jadi pemuda ini sudah tau siapa ia dan bagaimana masa kecilnya. Lantas apa yang membuatnya datang kesini seorang diri.
"Kamu tau? Lalu apa yang kamu mau dengan datang kesini Dirga?" Nada suara Karin yang bergetar menyentak hati Dirga, melihat mata yang berkaca-kaca itu makin membuat Dirga diliputi perasaan bersalah yang teramat sangat.
"Saya tidak ada niat apapun, saya Cuma ingin datang ke makam ibu Winda dan meminta maaf atas nama papah. Saya minta maaf kak, saya yang buat kalian jadi menderita. Maafkan saya" Dirga kini sudah bersimpuh dihadapan Karin yang menangis. Karin tidak tega memandang Dirga, tapi tubuhnya seakan membeku dan tidak bisa digerakkan. Karin hanya bisa memandang Dirga seraya menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forgiven (End)
General FictionKarin begitu ia disapa, sekilas semua orang melihat kesempurnaan di hidupnya. Cantik, pintar dan dikelilingi dengan anggota keluarga yang begitu harmonis dan saling mengasihi. Tetapi, dibalik semua kesempurnaan itu ia hanya seorang gadis yang kesepi...