Happy reading..
Hari ketujuh menjadi hari terakhir Karin dirumah sakit, sudah sejak selesai menunaikan shalat subuh Karin mulai merapikan pakaiannya dan juga bersiap-siap ingin pulang. Tetapi karena harus menunggu dokter datang dan kemudian berkonsultasi mengenai terapi yang akan Karin jalani, akhirnya baru menjelang makan siang Karin bisa terbebas dari kungkungan ruangan pengap yang memenjarakannya selama seminggu dirumah sakit.
Karin membaringkan tubuhnya di sofabed ruang tengah rumah dan menghirup aroma yang sangat ia rindukan. Karin berguling-guling diatas sofabed seraya mengendus-endus bantal berbentuk kepala sapi kesayangannya. Sedang asyiknya bergelung sendirian, Karin harus terusik oleh kedatangan kedua adiknya yang sejak seminggu yang lalu menginap dirumah Ibram dan Naya karena kedua orang tuanya yang harus menjaga dirinya dirumah sakit.
“Kamu ngapain sih ra ri?” Bukannya melepaskan kaki Karin yang mereka berdua pegangi, Kara dan Kari justru malah tersenyum dan mengusap-usap kaki Karin yang menggelantung.
“Tamu udah sembuh ya? Tita windu banget. Tata mami tamu satit banget” (Kamu udah sembuh ya? Kita rindu kamu. Kata mami kamu sakit banget) Mendengar perhatian yang dilayangkan kedua adiknya tak ayal membuat Karin sedikit terharu kemudian memeluk keduanya sayang.
“Uhh.. Kalian so sweet banget sih, aku juga rindu kamu banget perasaan aku. Kamu bobo dimana kemarin?”
“Tita bobo diwumah abang, disana ada cimowy tuis banyaat banget di tutas. Mba Naya juda bait banget masat sayuw udang sama ayam” (Kita bobo dirumah abang, disana ada cimory Squeeze banyak banget dikulkas. Mbak Naya juga baik banget masak sayur udang sama ayam)
Karin mencubit pipi Kara dan Kari karena mereka sangat menggemaskan saat bercerita. Ketiga putri kesayangan Arya itu nampak akur duduk berdampingan diatas sofa.
“Enak banget sih kalian makan sama jajan, aku gak bisa jajan malahan makannya bubur doang”
“Iya kan kamu lagi sakit kak, masa mau makan jajanan” Ketiganya sontak menoleh dan mendapati Arya yang berjalan masuk membawa tas yang berisi pakaian Karin selama dirawat.
“Sayang papi, mentang-mentang kangen kakak, papinya dilupain ya. Sini peluk dulu” Kara dan Kari langsung menghampiri Arya dan memeluk papi mereka dengan sayang. Arya bahkan sampai kegelian karena ciuman bertubi-tubi yang ia dapatkan dari kedua putri kecilnya.
“Udah-udah papi mau beresin tas kakak dulu. Adek duduk disini temani kakak ya. Jangan nakal kan kakak baru pulang dari rumah sakit”
“Siap papi”
=
“Abaang…” Karin bergelayut manja pada Ibram yang baru saja pulang dan langsung berkunjung kerumah orang tuanya untuk melihat Karin dan sekalian menjemput sang istri yang tadi mengantar Kara dan Kari.
Ibram memeluk Karin dengan sayang dan menciumi kepalanya yang tertutup hijab instan. Ibram merasa sangat lega dapat melihat Karin kembali kerumah dengan keadaan ceria seperti sedia kala.
“Abang kangen, gak ada yang sakit lagi kan? Pusing gak?” Karin menggelengkan kepalanya masih sambil memeluk Ibram. Karena posisi mereka yang masih berdiri, akhirnya Ibram melangkah perlahan-lahan sambil membawa tubuh Karin yang masih menyender padanya, jadilah Karin harus melangkah mundur menyesuaikan langkah kaki Ibram yang menuju ke sofa.
“Udah makan dek? Mami sama mbakmu mana?”
“Mami sama mbak Naya lagi masak makan malam, Karin gak dibolehin bantuin. Abang nanti nginep disini ya.. pliss” Melihat wajah memelas Karin membuat Ibram tidak tega dan akhirnya mengiyakan permintaannya dengan mudah. Karin berseru bahagia dan mencium pipi Ibram dengan sayang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forgiven (End)
General FictionKarin begitu ia disapa, sekilas semua orang melihat kesempurnaan di hidupnya. Cantik, pintar dan dikelilingi dengan anggota keluarga yang begitu harmonis dan saling mengasihi. Tetapi, dibalik semua kesempurnaan itu ia hanya seorang gadis yang kesepi...