Didalam mobil itu hanya ada keheningan, masing-masing penumpangnya tidak ada yang bersuara, bahkan tidak ada celotehan-celotehan lucu dari dua krucil yang biasanya super cerewet itu, Mereka tertidur pulas semenjak mobil mulai memasuki jalan tol. Mobil itu terus melaju membelah jalan raya menuju sebuah taman pemakaman elit di daerah jawa barat.
Anisa melirik putrinya yang sedang melamun dikursi belakang. Anisa mengerti, bagaimana perasaan putri cantiknya itu kini. Ingin rasanya ia menghapus memori kelam itu. Ia tidak tega selalu melihat ketakutan dan kesedihan itu dimata putrinya.
Berulang kali ia membujuk sang suami, arya. Agar tidak mengungkit hari ini lagi. Berharap agar putrinya dapat hidup dengan tenang tanpa terbayang masa lalunya yang kelam. Tapi arya selalu berkata
"Bagaimana bisa aku melakukan itu? Winda ibu kandungnya, dan kamu ingin Karin melupakannya? Itu tidak adil nis"
Sungguh ia tidak bermaksud seperti itu, ia hanya tidak ingin membuat putrinya terus bersedih.
Anisa menghela nafas lelah, dipandanginya dua anak kecil yang tertidur di car seat nya disamping Karin. Wajah mereka yang polos, mengingatkannya dengan tatapan Karin kecil yang malang.
Flashback
"Nah ini kamar Karin. Suka gak sayang?"
Anisa bertanya pada gadis kecil yang sedang digandengnya. Karin, gadis kecil itu hanya memandanginya dengan tatapan polos dan kebingungan.
"Kenapa aku pindah kamar? Ini juga bukan rumahku tante"
Anisa tersenyum lembut dan mensejajarkan tingginya dengan Karin.
"Iya, mulai sekarang Karin tinggal sama om dan tante ya, disini. Kalau Karin tinggal di rumah yang lama, nanti Karin sendirian" jelas anisa memberikan pengertian
Karin mengerjap bingung
"Disana ada ayah kan tante? Karin gak akan sendirian"
Anisa tertegun memandangi wajah polosnya, ia bingung harus menjelaskan bagaimana lagi pada gadis kecil dihadapannya ini. Tidak mungkin ia mengatakan yang sebenarnya pada Karin, dia belum tentu mengerti bagaimana keadaan yang sebenarnya.
"Hmm ayah dimas sedang ada pekerjaan yang jauh sayang, jadi ayah nggak bisa nemenin Karin deh. Karin disini dulu ya sama om dan tante"
"Begitu ya? Iyaudah Karin tungguin ayah disini deh" ujar Karin dengan wajah lesunya.
Flashback off
"Ayo turun sudah sampai" anisa tersentak mendengar suara suaminya yang menyuruh mereka turun. Dipandangi sekelilingnya, mereka sudah sampai. Hanya tinggal berjalan kaki sedikit maka mereka sudah sampai pada dua pusara makam tujuannya.
=-=
Karin memandangi dua nisan dihadapannya, sementara sang mami dan papinya sedang melatunkan doa untuk dua orang yang begitu berarti dihidupnya.
Sudah 14 tahun berlalu, dan Karin masih sangat ingat semua kejadian itu. Dimana dengan mata kepalanya sendiri ia menemukan winda dan stefi adik kembarnya sudah terbujur kaku didalam kamar mandi dirumahnya dulu. Melihat kondisi ibu dan adiknya yang mengenaskan sontak membuat Karin histeris dan trauma. Ia bahkan harus rutin pergi ke psikiter selama beberapa tahun karna selalu bermimpi buruk yang kemudian menyebabkan ia begitu histeris hingga melukai dirinya sendiri.
"Tata, tata!" (kakak, kakak!)
Karin tersentak dari lamunanya mendengar suara sang adik.
"Iya kenapa ra?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Forgiven (End)
General FictionKarin begitu ia disapa, sekilas semua orang melihat kesempurnaan di hidupnya. Cantik, pintar dan dikelilingi dengan anggota keluarga yang begitu harmonis dan saling mengasihi. Tetapi, dibalik semua kesempurnaan itu ia hanya seorang gadis yang kesepi...