Bab 4

1.3K 90 1
                                    

Tandai typo ya..

Happy reading :) 


"Hey hoo Kariin.. kemarin kemana aja lo gak dateng ke kampus?" Tanya seorang gadis pada temannya.

Karin yang mendengar suara cempreng seseorang menoleh kesamping dan mendapati sahabat karibnya semenjak smp, Geana.

"Kemarin gue ke makam ibu Ge"

Gea yang tau bagaimana perjalanan hidup Karin langsung terdiam. Ia merasa bersalah karna tidak mengingat hari itu.

"Sorry ya rin, gue lupa. Kok lo gak ngomong sih? Gue kan pengen ikut, lumayan lah jadi alesan buat bolos" Gea cengengesan berusaha menghibur Karin agar melupakan pertanyaanya tadi.

"Mau nya lo itu mah ge"

"Hehe.. kelas masih setengah jam lagi nih, kantin kuy. Gue belum makan, lapeer" Gea memasang wajah melas nya

"Udah makan juga emang lo mah gak ada kenyangnya sama makanan"

Gea memutar bola mata malas. Tapi tetap menarik sahabatnya itu untuk pergi kekantin.

Sesampainya di kantin Gea langsung memesan seporsi pecel sayur lengkap dengan gorengannya. Sedangkan Karin lebih memilih memesan segelas es teh manis saja, ia pasti akan bosan kalau hanya memandangi Gea yang sedang makan dihadapannya.

Mengeluarkan ponsel Karin memeriksa beberapa notifikasi pesan, ada beberapa notifikasi pesan dari grup alumni SMA nya dan juga fakultas kampusnya. Merasa tidak ada yang penting ia menaruh kembali ponselnya ke dalam tas.

" Oh iya Rin lo sama doi gimana?"

"Gimana apanya?" Tanya Karin dengan pertanyaan gea yang sangat random itu.

"Yee elo, katanya dia gak mau lama-lama pacaran? Mau langsung nikah gitu. Jadinya lo udah dilamar belum?"

"Emang siapa yang pacaran sih Ge?" Karin memandang geli kearah Gea yang sedang mengunyah makanannya, ia memang paling senang buat temannya ini jadi gregetan

" Gak asik elo mah" Karin terkekeh memandang wajah cemberut Geana.

"Minggu lalu dia bilang mau lamar gue bulan depan, ya gue belum siap lah ge, gue kan juga masih kuliah" jelas Karin menjawab pertanyaan Geana

"Iya juga sih, lagian elo mau aja dikenalin sama dia. Dia kan udah tua Rin"

"Ya gimana ya, papi gak mungkin lah ngenal-ngenalin gue sama sembarangan orang. Papi pasti tau kalau dia itu memang laki-laki baik dan bertanggung jawab, udah mapan pula. Tapi gue juga mikirin bang Ibram. Bentar lagi dia juga mau nikah, paling nggak gue nanti nanti lah"

Gea tampak begitu serius mendengarkan Karin sambil terus mengunyah pecelnya, kemudian dia tersenyum cerah mendapatkan ide

"Iyaudah barengan aja sama bang ibram kalau gitu kan jadi hemat rin"

Karin yang sedang meminum es nya pun tersedak mendengar perkataan Geana yang ngawur

"Yaampun Gea, aneh aneh aja sih lo ah"

Karin sunguh tidak habis pikir dengan temannya yang satu ini. Gea pun hanya cengengesan dengan bumbu pecel yang belepotan disekitar bibirnya.

=-=

Memasuki rumah, Karin mendapati dua sejoli yang sedang duduk bersisian di atas sofa, bahkan mereka berdua terlihat terlalu berdempetan.

"Astagfirullah.. rumah sepi, malah dibuat mesum sama kalian ya. Aku adu in papi biar kena grebek baru tau rasa"

Forgiven (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang