Halloo..
Bantu aku tandai jika ada typo yup
Happy Reading..
Di siang hari yang begitu terik, Karin mengajak Jendra untuk menemaninya membeli sebuah kado untuk pernikahan Ibram dan Naya nanti. Mengelilingi beberapa toko Karin masih belum menemukan suatu barang yang menurutnya berkesan untuk ia hadiahkan pada abangnya itu.
Jendra masih setia berjalan disampingnya mengekorinya kesana kemari tanpa mengeluarkan sepatah katapun sejak tadi, hanya sesekali memberikan jawaban saat ditanya oleh Karin. Jujur Karin sedikit bingung dengan sikap Jendra hari ini, meskipun memang lelaki ini cenderung pendiam, tapi kali ini keterdiamannya diiringi dengan raut wajah sendu dan tidak bersemangat. Karin jadi merasa tidak enak karena sedari tadi terus mengelilingi mall tersebut tanpa ada hasil.
"Mas Jendra capek ya? Karin belum nemu mau beli apa, kalau mas capek, mas pulang duluan gapapa deh" Jendra menghentikan langkahnya, ia memandang wajah karin yang dipenuhi raut bersalah. Tersenyum simpul jendra menarik tangan Karin untuk ia genggam dan ia ajak berjalan menyusuri deretan pertokoan lagi.
"Mas kenapa? Kalau capek istirahat dulu yuk, mas haus ya? Gapapa dijeda dulu cari kadonya, ayo kita beli minum" Karin menarik genggaman tangannya dengan Jendra, mengarahkannya ke food court yang menyediakan berbagai minuman dan cemilan ringan.
"Mas mau minum apa? Biar karin yang pesan" Jendra masih diam sambil memandangi Karin yang sedang menunggu jawabannya. Setelah beberapa saat hanya ada keheningan, Karin sudah akan bicara lagi sebelum akhirnya merasa terkejut karena dirinya di tarik dan didudukan disebuah kursi didepan salah satu stand yang menjual minuman.
"Biar saya yang pesan, kamu tunggu disini. Kamu mau minum apa?" giliran Jendra yang bertanya balik pada Karin, melihat wajah keheranan Karin akan sikapnya membuat Jendra tersenyum gemas seraya mencubit pipi Karin yang menggembung karena heran dan kesal pada Jendra.
"Aduh sakit ih, mas kenapa sih? Aneh banget dari tadi diem aja, Karin tanya jawabnya singkat. Sekarang malah balik nanya mau minum apa"
"Iya maaf, kan saya yang mau pesan minumnya, makanya saya tanya kamu mau minum apa?"
"Karin mau es teh aja" Jendra tersenyum simpul melihat wajah jutek Karin, ia yang tadi merasa tidak bersemangat kini malah jadi tidak sabar ingin mengelilingi mall ini seharian bersama Karin. Memang benar, jika bersama dengan seseorang yang kita sayangi beban seberat apapun akan terasa ringan, apalagi jika orang yang kita sayang sungguh menggemaskan. Jendra jadi berfikir mungkin hari ini dengan diakhiri menonton film bersama adalah ide bagus. Ia harus memilih film horor agar bisa modus pada Karin nanti.
"Oke saya pesan dulu, jangan kemana-mana" Ujarnya seraya menarik hidung Karin, tentu Karin langsung bersungut-sungut tadi pipinya sekarang hidungnya yang ditarik, sebenanarnya apa yang terjadi pada Jendra.
"Mas Jendra aneh"
=-=
"Terimakasih ya mas sudah temani Karin, ayo masuk dulu papi dari kemarin nanyain mas Jendra kenapa gak muncul-muncul"
"Iya, padahal papi kamu loh yang sibuk jarang ada dirumah. Saya beberapa kali kesini gak ketemu"
"Yah emang papi gitu terlalu cinta sama pekerjaannya sampe kadang lupa semuanya" masih sambil asyik mengobrol, mereka terus berbincang sampai tiba diruang tamu. Sementara Jendra menunggu diruang tamu, Karin bergegas menyimpan kado yang ia beli agar tidak ketahuan abangnya.
"Loh jen, apa kabar? Udah lama kamu gak kesini" Jendra menoleh dan mendapati Arya sedang berjalan menghampirinya.
"Baik om, Jendra beberapa kali mampir tapi om gak ada dirumah, kata Karin belum pulang dari kantor"
KAMU SEDANG MEMBACA
Forgiven (End)
General FictionKarin begitu ia disapa, sekilas semua orang melihat kesempurnaan di hidupnya. Cantik, pintar dan dikelilingi dengan anggota keluarga yang begitu harmonis dan saling mengasihi. Tetapi, dibalik semua kesempurnaan itu ia hanya seorang gadis yang kesepi...