25. CEMEN

2.2K 137 0
                                    


"Ngapain juga lo bully dia, ada-ada aja sih lo," Nares terkekeh mendengar cerita dari Felisa barusan.

"Ya gue gak trima, sekarang lo jadi gak di peduliin lagi sama Elvan, lo lagi hamil Res! Mana tanggung jawab dia sebagai calon ayah dari anak kalian nanti." Nares yang tadi nya masih tertawa keras, kini terdiam.

"Iya gue tau Fel, tapi gue gak mau ngemis-ngemis sama dia cuma buat dia kembali kek dulu."

"Cape gue ngomong sama lo, gue gak tahan mending gue bilang sendiri ke Jesly kalo lo itu istrinya Elvan."

"Gak! Yang ada tar Elvan marah lagi sama gue."

Brak!

"Maksud lo apa ngebully Jesly tadi?"

Entah terbawa angin atau ombak, kenapa cowo itu sudah ada di sini. Dengan emosi yang ia bawa-bawa juga.

"Waalaikumsalam," hanya jawaban Felisa yang terdengar.

Nares hanya diam. Dan diam bukan berarti is takut ataupun tidak berani melawan sama sekali.

"Gak usah banyak bacot, lo jelasin ke gue sekarang!" ucap nya dengan nada tinggi.

Felisa pun bangkit dari duduk nya. "Apa? Lo mau marah sama gue? Silahkan, gara-gara itu cewe sialan, lo jadi seenak nya nelantarin Nares gitu aja, kalo lo gak mau jaga dia lagi, lo pulangin aja dia ke rumah orang tua nya."

"Lo gak tau gimana rumah tangga gue, jadi lo gak usah ikut campur!"

"Dari sikap lo aja lo udah kliatan brengsek Van, di mana tanggung jawab lo."

"Lo tanya Nares! Apa dia pernah nyuruh gue buat balikin dia ke orang tua nya? Dia sendiri aja tahan dan masih mau tinggal di sini, jadi lo gak usah sibuk-sibuk buat ngurusin hidup gue sama Nares."

Sedangkan Nares yang namanya di sebut-sebut dalam perdebatan pun, ia hanya diam menatap kedua nya dengan tatapan datar. Sudah seperti menonton drama rasanya.

"Gue cuma minta lo buat jaga Nares, peduliin dia, lo gak bakal tau rasanya seberat apa beban yang dia tanggung, sedangkan lo? Lo bisanya cuma nyakitin doang, enjoy-enjoy aja buat jalan sama cewe tanpa ada rasa beban hidup," ucap Felisa merendahkan nada bicara nya.

"Gue sendiri pun gak tau apa yang bakal di lakuin ataupun di kata kan sama Bang Malvo saat dia balik ke Indonesia lagi, dan gue yakin setelah dia tau semuanya, idup lo gak bakal tenang," sambungnya.

Elvan terdiam, ia lupa sampai tidak memikirkan Abang iparnya yang belum tahu sedikit pun tentangnya dan Nares.

"Kenapa lo diem? Lo takut sama Bang Malvo? Karna nama dia terkenal dengan kekejaman nya?"

"Permisi!"

"Felisa!"

"Bikin ulah yuk!"

"Om, tante, saya izin masuk ya, saya temen baru nya Felisa!"

Ia menyelonong begitu saja masuk ke dalam rumah itu dengan pd nya, is yakin ia tidak salah rumah. Tadi ia membuntuti Felisa saat pulang sekolah.

"G-gue salah rumah ya? Ini rumah siapa?" bingung nya kikuk di tengah-tengah hawa panas ini.

"Mending lo pergi dulu sekarang deh Van, jangan cuma gara-gara Jesly gue gak bisa tidur mikirin lo," sahut Nares.

Elvan menatap sinis Felisa, lalu ia pergi dengan langkah lebar nya.

"Lo ngapain ke sini? Lo buntutin gue? Lo salah rumah Prisa," geram nya.

Prisa menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal. "Ini rumah siapa memang nya, kok lo ada di sini."

BAD HUSBAND [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang