"Assalamu'alaikum," gumam Elvan ketika hendak masuk ke dalam rumah.
"Tumben sepi," sambung nya mengernyit heran.
Bisanya juga kalau ia pulang, sudah di sambut dengan celotehan Nares dan Bi Ina yang langsung menawarkan makanan nya.
"Bi!" teriak nya lalu melangkah untuk mengintip apakah Bi Ina ada si dapur.
"Mungkin ke pasar," ucapnya ketika tidak menemukan Bi Ina di dapur.
Lalu ia berjalan menaiki tangga. Ia lelah ingin tidur, tadi saat pulang sekolah ia langsung pulang, tidak berniat sedikit pun untuk mampir sana sini dulu.
Klek!
Sepi.
"Sialan, pada kabur ke mana." Ia melempar tas nya tepat di atas sofa, lalu meraih handphone nya yang masih setia di dalam saku celana sekolahnya.
Ia mencoba untuk menghubungi Nares, tapi soal nya hanya berdering tidak di angkat. Lalu ia beralih untuk menelfon Malvo, berharap Nares sekarang ada bersama nya atau di rumah nya.
"Bang, Nares sama lo gak? Atau di rumah?"
"Gak, memang nya kenapa?"
"Gapapa."
Elvan mendengus. Lalu menghubungi Mama nya.
"Ma, Nares ada sama Mama gak? Bi Ina juga ke mana? Elvan gak nemuin mereka di rumah."
"Mama sama Papa kan lagi di luar ada urusan, rumah juga Mama kunci soalnya Bi Dea juga lagi pulang kampung."
"Oh yaudah kalo gitu, mungkin mereka lagi keluar buat belanja."
Untung saja Mama nya itu tidak menanyakan apapun dan curiga. Elvan merebahkan dirinya di atas ranjang, lalu mencoba untuk berpositif thinking, ya walaupun pikiran nya sudah kacau kemana-mana.
3 jam kemudian...
"Aelah pake acara ketiduran segala," ucap nya lalu bangun dan meraih handphone nya.
Ia membelalakan mata ketika jam yang berada di layar handphone nya itu menunjukkan pukul lima sore.
Elvan segera keluar dari kamar, untuk memastikan Nares dan Bi Ina sudah ada di rumah. "Res! Nares!" triak nya sambil bergegas menuruni anak tangga.
Mustahil bagi Elvan kalau Nares tidak menjawab telfon nya, sudah hampir puluhan telfon tapi tidak ada yang di angkat sama sekali.
"Bibi!" Pemandangan buruk. Tepat di taman belakang samping kolam, Bi Ina tergeletak. Bagian perut nya terdapat sebuah tusukan, dan wajah nya pun banyak luka lebam.
"Bangun Bi!" Elvan terus menepuk-nepuk pipi Bi Ina, berharap Bibi akan bangun.
***
"Duduk dulu kali Van," ucap Lio.
Aneh-aneh saja memang Lio, bagaimana bisa tenang kalo istrinya tiba-tiba menghilang begitu saja? Dan pembantu nya tiba-tiba terlukai begitu saja?
"Nares ilang, gimana gue bisa tenang," ucap nya mengacak rambut nya frustasi. Pasalnya sudah hampir dua jam ia mencari-cari Nares, tapi gadis itu tidak di temukan sama sekali.
"Gue rasa ini lebih tepat nya penculikan," sahut Rael.
"Ke markas Gion sekarang," ucap Malvo menengahi percakapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD HUSBAND [END]
Teen FictionBiasain follow sebelum baca. Dia Grisel, si gadis lemah lembut. Dan dia berubah menjadi Nares, si gadis cuek dan bodoamat dengan segala hal. Berawal dari suatu malam yang seketika membuat kehidupan nya berubah begitu saja. Dia Elvan, si pemberi k...