30. PANICK MOMENT

2.5K 138 2
                                    

"Udah, gue kenyang."

"Tanggung banget, satu suap lagi ini."

Di pertengahan makan, Elvan kembali memainkan handphone nya kalau ada notif yang masuk begitu banyak.

Merasa tak ada jawaban, Nares mendengus. "Sekali lagi," paksa nya menyodorkan sesendok nasi terakhir itu.

Elvan menepis nya kasar, hingga makanan yang seharusnya menjadi suapan terakhir nya itu terjatuh di lantai berceceran.

"Gue kenyang! Kenapa sih lo maksa banget," ucap nya berdiri sambil meraih jaket nya yang tergeletak di samping sofa.

"Mubazir!"

"Lagian lo kenapa sih, tiba-tiba marah gak jelas gitu," sambung Nares.

"Lo gak perlu tau."

"Alah udah Van, gua liat lo chat-an sama Jesly barusan, dia maksa lo kan buat dateng ke rumah nya?"

"Kalo iya memang nya kenapa?"

Nares bangkit dari duduk nya, lalu berdiri tepat di depan tubuh Elvan. "Yang lo pikirin itu cuma Jesly, Jesly, Jesly trus! Gue kapan Van?"

"Bahkan di saat gue udah jadi istri lo, lo tetep ngutamain cewe sialan itu!"

"Gue terpaksa, buk...-"

"Apa? Alasan apa lagi yang mau lo perbuatan? Gue memang suka Van sama lo, tapi kalo lo gak bisa ngehargain gue atau terpaksa nikah sama gue, lo bisa cerein gue sekarang, gue masih bisa jaga anak ini sendiri."

Hati Elvan berdenyut nyeri, ketika gadis di depan nya ini sudah banyak mengeluarkan air mata, tapi bibir nya masih tetap sama. Datar, gadis itu mencoba untuk tidak memecahkan tangisan nya.

"Kok lo ngomong gitu sih, kan lo sendiri yang bilang kalo lo gak mau jadi janda."

"Gue udah cukup sabar, jangan jadiin kesabaran gue buat mainan lo, gue cape sakit hati trus Van."

"Lo pergi aja sana, biar gue yang beresin makanan nya."

Elvan lebih memilih pergi, ia tidak mau kalau Nares trus mengeluarkan emosi nya. Itu tidak baik untuk kandungan nya.

Dengan telaten, gadis itu mengumpulkan nasi yang berceceran, lalu menaruh nya kembali di piring. Dengan susah payah ia menuruni tangga, karna perut nya yang kembali nyeri.

Ia terus melangkah tanpa menghiraukan Elvan yang duduk di depan TV dan sibuk memainkan handphone nya.

Nares yang hendak masuk ke dapur pun tertahan. "Eh, Non kenapa? Kok nangis gitu." Ucapan itu mengalihkan pandangan Elvan.

"Gapapa Bi, tadi mata Nares pedes banget makanya air mata nya banyak yang keluar," kekeh nya. Walaupun Bibi tau, kalau ucapan itu adalah sebuah kebohongan.

Pandangan Bibi turun mengarah pada tangan kanan Nares yang memegangi perut nya. Ia sontak merebut piring kotor itu dari tangan Nares.

"Perut Non sakit ya? Atau perlu Bibi panggil Dokter sekarang?"

Nares menggeleng. "Enggak Bi, udah biasa nyeri kaya gini, oiya sini piring nya biar Nares yang cuci."

Bibi pun meletakkan piring itu asal. "Non istirahat aja sekarang, biar Bibi yang beres-beres, dengan telaten Bibi menuntun Nares naik untuk masuk ke dalam kamar kembali.

Sedangkan Elvan ia lebih memilih untuk pergi dan menemui gadis menyebalkan itu.

-

"Ada apa?"

Jesly menoleh ketika Elvan sudah sampai di tempat yang ia suruh tadi.

BAD HUSBAND [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang