Gadis itu menatap gundukan tanah. Ia mengelus batu nisan itu.
"Nares pulang dulu ya Bi, makasih udah jaga Nares beberapa bulan ini, do'a yang terbaik buat Bi Ina di sana."
"Nares juga gak akan lupain di mana saat itu Bibi kehilangan nyawa demi ngelindungin Nares."
"Sttt... Udah, Bibi udah tenang di sana, kalo kamu nangis yang ada Bibi nya sedih."
Setelah dari pemakaman Bi Ina, mereka berdua juga pergi di mana tempat Meyla di kuburkan.
"Meyla, sahabat aku, orang yang udah di anggap anak sendiri sama Mama aku, tapi orang sialan ini membunuh nya!"
Meyla memang anak panti asuhan, tapi Elvan sering mengajak nya bermain keluar. Kadang Ela pun menjemput nya lalu membawa nya ke rumah.
Sedangkan Nares? Sama, ia juga sahabat Meyla, di saat ia terkena amukan atau omelan dari sang Abang, Meyla lah yang bisa melindunginya. Ia sering mengadu jika Abang nya itu nakal dengan nya.
Nares memang tidak pernah membawa Meyla keluar dari panti. Tapi ia bisa menjenguk Meyla dengan Abang nya jika hari libur, dan bermain di sekitaran panti saja.
Ada sedikit rasa sakit yang Nares rasakan sekarang. Kenapa suami nya terus-terusan tak trima kalau Meyla meninggal? Nangis nya pun begitu berlebihan. Apa ia benar-benar suka dengan gadis yang sudah terkubur itu?
"Van, kepala aku pusing," ucap nya agar segera pulang.
Setelah itu Elvan membantu Nares untuk berdiri, dan pergi meninggalkan TPU.
***
Ketika sampai. Eh, kenapa rumah mereka ramai? Siapa yang berani membuka pasar di rumahnya?
"Saya sudah pernah bilang pada anda, ancaman anda terlalu basi, laporkan saja jika anda mau. Toh anda tidak mempunyai bukti kalau saya yang telah membunuh cucu anda."
"Saya tidak terima di perlakukan seperti ini, kamu harus tanggung jawab!"
"Ck, tanggung jawab buat apa? Gue harus mati juga kaya cucu lo yang tolol itu? Iya!" sentak nya emosi.
Kenapa nenek-nenek ini sangat lah bandel.
"Gak sopan berantem di rumah orang, anda punya etika kan?" lerai Elvan melewati nenek tua berdandan menor itu.
"Saya sudah tau kalau cucu saya itu terlalu banyak fikiran semasa dia hidup, dan kamu kan penyebab nya."
Bruk!
Nares meringis ketika pantat seksi nya itu menyentuh lantai, tidak masalah pantat nya itu akan tepos atau sebagai nya. Tapi yang menjadi masalah sekarang, perut nya sangat sakit.
Elvan menoleh, baru saja ia ingin masuk ke dalam. Elvan mendorong kasar si tua itu, lalu menghampiri istri nya yang masih terduduk sambil meringis.
"Pergi lo bangsat! Gak usah bikin masalah di rumah orang!" bentak nya lalu membantu Nares untuk berdiri.
Ke empat sekawan yang sedang asik mabar di handphone nya pun terhenti akibat bentakan Elvan yang terlalu menusuk gendang telinga nya.
"Jangan mancing gue buat lebih kasar sama lo," sambung nya.
"Cih, tidak sopan kamu dengan orang tua, memang tidak ayah tidak anak sama saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD HUSBAND [END]
Teen FictionBiasain follow sebelum baca. Dia Grisel, si gadis lemah lembut. Dan dia berubah menjadi Nares, si gadis cuek dan bodoamat dengan segala hal. Berawal dari suatu malam yang seketika membuat kehidupan nya berubah begitu saja. Dia Elvan, si pemberi k...