Lembaran kertas berserakan memenuhi ruangan. Penggaris dan pulpen siap sedia di tanganku. Buku dihadapan ku pun sudah mulai terisi dengan angka-angka. Tak terasa, acara MUQAWAH sudah di depan mata. Semua panitia sedang disibukkan dengan berbagai persiapan. Seperti halnya aku yang sibuk mendata dana pemasukan dan pengeluaran. Aku harus mencatatnya dengan teliti. Sebab urusan uang itu sangat sensitif. Meskipun hanya lima ratus perak, tanggung jawabnya sungguh begitu besar. Disisi lain, aku merasakan menjadi orang kaya sementara beberapa waktu ini. Bagaimana tidak, semua dana MUQAWAH masuk pada rekening pribadiku. Oh tidak, jiwa-jiwa belanjaku berontak seketika.
"Ayudia! Gimana keuangan?" Tanya Danial yang menjabat sebagai ketua panitia.
"Alhamdulillah masih aman!" Jawabku mengacungkan jempol.
"Ngga ada kendala?"
Aku berpikir sejenak, "Emm, ada sih..." Jawabku ragu.
"Apa?"
"Pendanaan dari sponsor belum pasti. Kemarin kata Mbak Rani, proposal kita ditolak lagi."
"Ngga apa-apa cuma di tolak sponsor, hitung-hitung latihan kalo ditolak dia" jawabnya asal.
"Curhat pak?" Jawabku malas.
"Fin! Surat-surat siap di landingkan?" Tanya Danial beralih pada Fina sebagai sekretaris.
"Sudah siap, tinggal anak humas yang mengedarkan!" Jawabnya memasukkan kertas-kertas ke dalam amplop.
"Hari ini siapa yang jalan?"
"Mungkin Salma, tadi pagi dia antusias banget buat menyebar undangan".
"Ada apa Salma Salma?" Tanya tiba-tiba Salma yang baru datang.
"Nih suratnya sudah siap semua!" Jawab Danial.
"Wahh mantap! Yud! Ikut aku ya....!" Serunya padaku.
"Males ah! Aku kan bukan humas!" Jawabku.
"Aku yang bawa motor, bensin aku ganti, aku traktir makan!"
"Wahh sama aku aja Sal!" Sahut Fina mendengar penawaran dari Salma.
"Aku maunya sama Yudi!" Jawabnya.
"Apa bedanya meskipun sama aku?"
"Beda lah! Kamu kan berat!" Jawabnya tak merasa bersalah membuat semua tertawa. Fina memang memiliki berat badan yang sedikit melebih.
"Gitu banget sih!" Jawab Fina seolah-olah marah.
"Mau ya Yud!" Rayunya lagi.
"Kemana saja?" Tanyaku balik.
"Ke rumah mas Algha dulu terus ke mbak Roberta terakhir ke Mas Ari," seketika aku paham mengapa Salma bersemangat sekali.
"Ayo!" Ajakku setelah membereskan barang-barangku.
"Yeay! Duluan ya Fina! Danial! Dan semuanya!" Teriak Salma kegirangan.
"Bilang aja semangat mau ketemu mas Algha," ucapku setelah kami keluar dari basecamp.
"Woo ya jelas,"
"Sudah tahu rumahnya?"
"Tahu dong! Tadi malam aku sudah menghubungi mas Algha," jawabnya kemudian menjalankan kuda bermesin ini.
***
Motor hitam yang dikendarai Salma berhenti di pelataran sebuah rumah berlantai dua. Sederhana namun terlihat cukup bagus. Rumah yang terlihat begitu cantik di tengah keramaian.
"Kamu yakin ini rumahnya?" Tanyaku tak yakin. Pasalnya, kami sudah berkeliling dan tersesat beberapa kali atas petunjuk google maps. Memanglah google maps tak selamanya benar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodohku, Kamu! [SELESAI]
Teen FictionTerkadang hidup tak seperti apa yang kita bayangkan. Boleh jadi hari ini sesuai dengan rencana kita, namun besok yang terjadi diluar nalar kita. Jodoh, rezeki, maut, sudah tergariskan sedemikian rupa. Hanya saja, mampukah kita menjalaninya dengan ik...