Keraguan

1.5K 131 22
                                    

Akhirnya aku bisa bernapas lega mendudukkan diri di deretan kursi abu-abu. Aku melirik jam tangan menunjukkan hampir pukul 6 sore. Astaghfirullah! Saking paniknya, aku tidak menyadari adzan Maghrib. Aku pun melangkahkan kaki menuju mushalla yang kebetulan tidak begitu jauh dari tempatku duduk.

Setelah shalat Maghrib aku kembali ke depan UGD. Ya, aku berada di RSUD dr. Soetomo. Sepulang dari resto, terdapat kecelakaan roda dua didepanku. Mau tak mau aku menolongnya.

Terlebih yang kecelakaan itu adalah Irsyad dan istrinya. Sangat mengenaskan sekali saat melihat Ning Syafa tergeletak dipinggir jalan dengan bersimbah darah. Aku juga khawatir melihat perut buncitnya yang entah sudah berapa bulan. Entah bagaimana kejadiannya, aku tak mengerti.

Aku sudah mengabari keluarga Irsyad dengan ponselnya. Mungkin sebentar lagi orang tuanya sampai.

"Ayu? Gimana keadaan Irsyad?" Tanya ibunya setelah menyapaku.

"Saya kurang tahu Tante, Irsyad dan istrinya sedang ditangani dokter di dalam!"

"Terima kasih Nduk sudah menolong Irsyad!"

"Sama-sama Tan, kalau begitu saya pamit!" Ucapku. Aku rasa aku sudah tidak dibutuhkan disini.

Sebelum pulang, aku menyempatkan diri belanja beberapa bahan untuk pesanan besok yang sudah habis. Aku juga mengabari Vany jika pulang terlambat. Aku memintanya untuk menghandle kegiatan produksi malam ini.

Aku terkejut saat melihat mobil terparkir di halaman rumah. Tumben ada mobil mas Algha. Dia juga tidak mengabari ku jika akan berkunjung.

Ah bukan! Handphone ku mati setelah mengabari Vany tadi.
Langkah kakiku masuk dengan membawa dua kresek besar. Sebentar menyapa mas Algha kemudian pamit untuk bersih-bersih. Aku tiba di rumah setelah adzan isya'. Ketiga partnerku juga sudah memulai pekerjaannya di dapur.

"Ini Nduk, Gus Arsyad mau minta berkas-berkas buat daftar ke KUA. Semua sudah lengkap, tinggal KTP dan fotomu saja!" Terang Baba saat aku sudah bergabung di ruang tamu.

"Oh iya sebentar, Ay ambil KTP dulu. Untuk foto, Ay ada tapi background-nya belum diedit!"

"Kirim aja ke saya, nanti saya yang ganti!" Ucap mas Algha. Aku pun menyetujuinya kemudian pamit untuk mengambil KTP di kamar.

Tanggal pernikahan ku dengan mas Algha sudah ditentukan Minggu kemarin. Acara masih bulan depan. Dua Minggu setelah aku menyelesaikan kontrak kerja. Cukuplah untuk mempersiapkan semuanya.

Entah sudah berapa kali aku membongkar tasku untuk mencari KTP. Biasanya ada di dompet, tapi tidak ada. Aku duduk, berpikir mencoba mengingat dimana KTP ku. Tidak mungkin kan hilang hanya KTP-nya saja.

Ah! Aku ingat! KTP ku tertinggal di rumah sakit tadi. Oh tidak! Bagaimana aku menjelaskannya.

"Mana Nduk?" Tanya Baba saat aku kembali ke ruang tamu.

"Maaf, Ay lupa ... KTP Ay tertinggal di rumah sakit," ucapku meringis.

"Kok bisa?" Tanya Mama terkejut.

"Iya tadi pas Ay mau pulang nolongin orang kecelakaan. Terus buat ngurusin administrasinya, KTP Ay sebagai jaminan sampai keluarganya datang. Eh pas keluarganya datang, Ay keburu pulang sampai lupa sama KTP," jelasku.

"Bukan kamu kan Mbak yang kecelakaan?" Tanya Mama curiga.

"Bukan Mama! Ay cuma nolongin. Kayaknya sih tadi kecelakaan tunggal. Cuma karena korbannya hamil besar, terus darahnya keluar terus menerus jadi Ay anterin ke rumah sakit."

"Alhamdulillah kalau bukan kamu. Terus gimana KTP-nya?" Tanya Baba.

"Insyaallah besok sepulang Ay kerja, Ay ambil. Nggak apa-apa kan?"

Jodohku, Kamu! [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang