Pergi ?

1.4K 125 7
                                    

Cieee nungguin ya

Yuk komen yang rame dan jangan lupa tekan 🌟


















****

Lantunan ayat suci Al-Quran terdengar begitu nyaring hingga membangunkan ku dari alam mimpi. Aku duduk untuk mengumpulkan nyawa. Mengucek mata yang sedang menyesuaikan dengan cahaya. Ah iya! Aku di kamar mas Algha

Sedetik aku tersenyum mengingat perhatian mas Algha tadi malam. Mengusap tanganku yang terbungkus dengan plester. Aku yakin, mas Algha masih mencintaiku. Meskipun aku tidak tahu apa yang membuatnya bersikap demikian.

Mas Algha sudah tidak ada di samping ku. Mungkin ia berangkat ke masjid. Aku pun memutuskan untuk membersihkan diri mengingat tadi malam yang langsung tertidur. Tubuhku serasa begitu lengket.

Speaker di masjid sudah berganti nadhaman membuatku untuk pergi ke dapur. Siapa tahu Muya sedang memasak, aku bisa membantunya. Daripada menunggu mas Algha tidak kunjung datang, mungkin ia langsung mengajar.

"Sudah bangun Nduk?" Sapa Muya saat beliau melihatku. Beliau nampak baru pulang dari mushalla melihat mukenah yang belum terlepas.

"Nggih Muya. Maaf, tadi malam Ay tertidur!" Ucapku menyalaminya. Tidak sopan bukan, sejak tadi malam aku belum sempat menemui Muya.

"Tidak apa-apa, kata Arsyad sampean kurang enak badan. Sekarang gimana? Sudah baikan?" Aku sedikit terkejut dengan penuturan Muya. Padahal aku baik-baik saja.

"Nggih alhamdulillah Muya!" Jawabku tersenyum kikuk.

"Muya tinggal dulu ya .... Ada kelas Madin soalnya!" Pamit Muya membuatku mempersilahkannya.
Aku pun melanjutkan ke dapur setelah mendengar suara beberapa orang berbicara. Benar saja, ada tiga orang santri disana.

"Ada yang bisa saya bantu, Mbak?" Tanyaku setelah menyapa mereka.

"Mboten usah, Ning. Niki sudah tugas kita," cegah salah satunya.

"Saya gabut Mbak, tolonglah kasih saya pekerjaan," candaku. Mereka hanya tersenyum menanggapi.

"Hmm kalau pagi, Gus Arsyad suka minum atau makan apa Mbak?" Tanyaku. Ya pasalnya aku memang belum tahu apa saja kesukaannya.

"Emmm biasanya beliau suka minum kopi jahe, Ning."

"Bahannya ada kan ya Mbak?"

"Ada Ning, tapi ...." Mbak santri itu terlihat bingung ingin berbicara.

"Kenapa Mbak? Guse lagi ngga puasa kan? Bukannya jadwal puasanya kemarin?" Tanyaku memastikan.

"Ha? Eh bukan, anu Ning. Kan Gus Arsyad tindakan ke Madura tadi malam!" Jelasnya sedikit menggigit bibirnya. Seketika aku diam.

Benarkah mas Algha pergi ke Madura. Tapi kenapa ia tidak ijin padaku. Setidaknya ia memberiku pesan atau apa. Bahkan ponselku tidak ada notif satupun darinya.

Dadaku terasa begitu sesak. Baru saja tadi malam ia membawaku terbang dan kini ia menjatuhkan ku begitu dalam. Sebisa mungkin aku menahan air mata yang memberontak. Kenapa aku begitu cengeng.

"Oh Ya Allah, saya lupa mbak! Hehe!" Bohong ku.

Aku pun membantu mereka dengan sedikit memaksa. Mereka terlihat begitu sungkan padaku. Meskipun aku sudah berkali-kali mengingatkan untuk bersikap biasa saja padaku. Kecanggungan di dapur sedikit berkurang saat Muya turut bergabung. Akhirnya pukul enam pagi semua makanan sudah tertata rapi di meja makan.

Jodohku, Kamu! [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang